REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebutuhan konsumsi bawang putih akan segera dipasok dari produk lokal. Selama ini, stok bawang putih dipenuhi 95 persen dari hasil impor. Masyarakat Indonesia secara bertahap akan kembali ke era 1993, saat bawang putih yang merajai pasar berasal dari hasil panen lokal.
Hal ini disampaikan oleh Kementerian Pertanian saat mendampingi kunjungan Tim Pakar dari Republik Rakyat Cina di Desa Glapansari Kecamatan Parakan Temanggung (29/3). Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Ditjen Hortikultura, Prihasto Setyanto menyampaikan impor hanya akan menempati angka lima persen dalam waktu dua hingga tiga tahun ke depan.
Kementerian Pertanian saat ini sedang gencar memperluas area tanam bawang putih guna mencapai target swasembada. Saat mendampingi kunjungan, ia mengatakan luas area tanam bawang putih naik pesat dari 2.400 hektar tahun 2016 menjadi sekitar 15 ribu hektar.
Menurutnya, pemerintah berkomitmen untuk menjadikan bawang putih lokal bisa berkompetisi dengan bawang putih impor. Upaya yang dilakukan di antaranya rasionalisasi harga benih dan harga konsumsi dalam negeri.
Menurut Prihasto, kendala ketersediaan benih dapat diselesaikan melalui produksi benih lokal. Selain itu benih masih bisa impor dari negara-negara yang telah dinyatakan bebas dari daftar hama dan penyakit pengganggu tumbuhan karantina. "Pemerintah menyarankan jika dilakukan impor benih, sebaiknya diutamakan dari Taiwan yang secara genetik telah teruji memiliki kemiripan dengan bawang putih lokal," kata dia melalui siaran pers yang diterima Republika.co.id.
Kunjungan juga meninjau hasil ujicoba tanam oleh BPTP Jawa Tengah di Desa Glapansari Temanggung yang menunjukkan hasil menggembirakan. Semua jenis bawang putih yang ditanam mengumbi cukup besar dan bersiung.
Hasil panen potensial digunakan sebagai benih. Varietas yang ditanam antara lain Lumbu Kuning, Lumbu Hijau dan Tawang Mangu Baru. Varietas lokal terbukti adaptif mampu tumbuh, berumbi dan bersiung.
Untuk jenis Lumbu Hijau dan Tawangmangu Baru bahkan berpotensi memiliki produktivitas tinggi, yaitu bisa mencapai lebih dari 15 ton per hektar. Saat rombongan meninjau kawasan bawang putih di Desa Posong Kecamatan Kledung Kabupaten Temanggung, Delegasi Cina dibuat kagum dengan potensi hamparan bawang putih yang begitu luas.
Benih impor asal Taiwan yang ditanam di daerah itu telah menunjukkan indikasi mengumbi dan bersiung banyak pada umur sekitar 90 hari. Saat dimintai keterangan, ketua delegasi Cina, Prof Kong Su Ping menyatakan Indonesia potensial untuk ditanami bawang putih.
"Kondisi alam sangat mendukung, terbukti pertumbuhan dan proses pengumbian bawang putih berkorelasi intensitas penyinaran matahari, curah hujan, iklim, sifat dan kondisi tanah serta kualitas benih," kata dia. Secara umum, lahan di lereng gunung Sumbing dan Sindoro di Kabupaten Temanggung-Magelang sangat sesuai untuk pengembangan bawang putih.
Sebelumnya, tim delegasi juga mengunjungi kawasan bawang putih di Bandung, dan Malang. Prof Kong memberi saran harus ada perbaikan varietas dan teknologi budidaya jika Indonesia terus berkomitmen padaswasembada. "Ini dua faktor kunci sukses bawang putih direplikasi secara luas di Indonesia," kata dia.