REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerhati Transportasi dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Aditya Dwi Laksana, menjelaskan, konsolidasi antara Uber dengan Grab membutuhkan satu poin untuk mengalahkan pesaingnya, GoJek. Poin itu adalah penambahan jasa yang tersedia dalam satu aplikasi untuk konsumen.
Tidak terbatas pada transportasi pengangkut orang, jasa mengantar makanan, belanja di minimarket, obat-obatan hingga kecantikan kini kian dibutuhkan masyarakat. Preferensi tidak hanya dirasakan di masyarakat urban, juga mereka yang tinggal di pinggiran kota. "Peluang ini yang harus ditangkap Uber dan Grab karena GoJek sudah terlebih dahulu memperkaya layanannya," ujar Aditya ketika dihubungi Republika.co.id, Kamis (29/3).
Pergeseran tren dari jasa mengangkut penumpang ke jasa lain dilihat Aditya sudah terjadi sejak setahun belakang. Meski beberapa masyarakat sudah menjadikan layanan transportasi daring ini sebagai bagian dari gaya hidup, tidak sedikit juga yang masih menggunakan transportasi konvensional seperti TransJakarta dan Commuter Line.
Sementara itu, jasa lain seperti membeli belanjaan dan makanan hingga bisa memperbaiki kendaraan yang rusak semakin diminati masyarakat. Sebab, untuk jasa ini, konsumen cenderung kesulitan menemukan substitusinya. "Berbeda dengan jasa angkut penumpang, mereka dapat opsi lain yang juga nyaman," ucap Aditya.
Pergseran tren semakin kuat ketika transportasi umum yang nyaman sudah semakin bervariasi dan menghubungkan berbagai daerah, seperti MRT dan LRT. Berkaca dari hal ini, Aditya menganjurkan kepada penyedia jasa transportasi daring untuk rutin memberikan inovasi kepada konsumen guna memperkuat posisinya di pasaran.