REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan, pertumbuhan kredit meningkat di Februari 2018. Dari 7,4 persen year on year (yoy) pada Januari tahun ini menjadi 8,22 persen yoy.
Consultant Asian Development Bank Institute Eric Sugandi menilai, secara umum peningkatan tersebut dibantu oleh penurunan suku bunga yang dilakukan perbankan. "Angka pertumbuhan kredit itu memang memberikan harapan kredit bisa tumbuh lebih cepat daripada tahun lalu," ujarnya saat dihubungi Republika.co.id, Jumat, (30/3).
Meski begitu, menurutnya, angka pertumbuhan kredit 11 bulan berikutnya harus dilihat dahulu. Dengan begitu, bisa ditentukan apakah kredit tumbuh lebih baik atau tidak tahun ini. "Tapi saya perkirakan memang kredit bisa tumbuh di kisaran 9 sampai 11 persen tahun ini. Lebih tinggi daripada tahun lalu," katanya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan, naiknya pertumbuhan kredit pada Februari menunjukkan aktivitas ekonomi meningkat. Apalagi, kata dia, secara bulanan, kredit modal kerja dan investasi naik walau angka kredit investasi sedikit turun. "Kredit investasi jangka waktunya panjang dan biasanya untuk membeli barang modal seperti mesin atau lainnya yang sifatnya lebih tahan lama. Jadi karena barang modal sifatnya tahan lama, perusahaan tidak selalu beli setiap bulan sehingga permintaan kredit investasi tidak selalu naik setiap bulan," tutur Eric.
Sedangkan, kredit modal kerja dan kredit konsumsi jangka waktunya pendek. Maka permintaan kreditnya bisa terlihat setiap bulan.
Berdasarkan data OJK, sampai Februari 2018, penyaluran kredit mencapai Rp 4.662 triliun lebih. Sebelumnya pada Januari tahun ini, kredit yang disalurkan hanya Rp 4.661 triliun.