Sabtu 31 Mar 2018 12:58 WIB

Masyarakat Badui Gelar Ritual Perayaan Kawalu

Tertutup bagi kunjungan wisatawan.

Ilustrasi.
Foto: Raisan Al Farisi/Republika
Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Masyarakat Badui di pedalaman Kabupaten Lebak, Banten akan menggelar perayaan Kawalu Bulan Ketiga. Perayaan ini tertutup bagi kunjungan wisatawan.

"Perayaan Kawalu jatuh hari Selasa (3/4) dan warga setempat berpuasa seharian," kata Santa (45) seorang warga Badui saat dihubungi di Lebak, Sabtu (31/3).

Ritual pelaksanaan Kawalu pertama dan kedua sudah dilakukan masyarakat Badui dan tinggal melaksanakan Kawalu ketiga. Perayaan Kawalu adalah sebuah bentuk syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan hasil pertanian ladang.

Saat ini, masyarakat Badui yang bercocok tanam di ladang-ladang di sekitar Kecamatan Bojongmanik, Leuwidamar, Sobang, Cirinten, Muncang, Cileles, Cimarga dan Gunungkencanang kembali ke permukiman kampung adat Badui di Desa Kanekes.

Komunitas masyarakat Badui Luar dengan khas pakaian hitam-hitam serta lomar atau ikat kepala berwarna biru dan hitam juga Badui Dalam yang berpakaian putih-putih dan lomar berwarna putih akan merayakan Kawalu ketiga.

Selama puasa Kawalu Bulan Ketiga, kata dia, dilarang mengkonsumsi makanan juga minuman.

Namun, jika berbuka puasa sebelum mengkonsumsi makanan dan minuman, terlebih dahulu harus memakan daun sirih dan gambir. "Kami memperbolehkan makanan dan minuman setelah terlebih dahulu memakan daun sirih. Itu karena diwajibkan adat," kata Santa.

Santa mengatakan, masyarakat Baduy Luar maupun Badui Dalam diwajibkan melaksanakan berpuasa kawalu itu sejak baligh atau usia 15 tahun ke atas.

Syarat berpuasa itu tentu harus orang yang sudah dikhitan atau disunat.

Selama pelaksanaan ritual berpuasa dijalankan masyarakat Badui maka kawasan Badui tertutup bagi wisatawan.

Proses pelarangan masuk bagi wisatawan tersebut merupakan penghormatan dan menghargai keputusan adat karena masyarakat Badui telah memfokuskan ibadah kepada Tuhan.

"Selama melaksanakan Kawalu, kondisi kampung Badui sepi karena mereka berpuasa dan banyak memilih tinggal di rumah-rumah," katanya.

Ayah Pulung (60) warga Badui mengatakan perayaan kawalu dilangsungkan selama tiga bulan dengan menjalankan tradisi seperti puasa.

Ritual ini dibarengi dengan berdoa meminta keselamatan bangsa dan negara agar aman, damai, dan sejahtera. "Kami berdoa pada tahun politik 2018 dan 2019 berjalan lancar, aman, damai dan kondusif," katanya.

Kepala Desa Kanekes, Saija menuturkan bahwa dalam tradisi Kawalu, wisatawan domestik maupun lokal tidak diperkenankan untuk masuk ke Baduy Dalam.

"Hasil musyawarah para tokoh adat Badui, diputuskan bahwa bulan Kawalu ketiga Selasa (3/4) masyarakat Badui berpuasa dan berdoa untuk keselamatan dan kesejahteraan," katanya.

Berdasarkan pantauan, ratusan warga Badui mulai dari ladang-ladang yang

dijadikan sumber mata percaharian bercocktanam berjalan kaki hingga puluhan kilometer untuk kembali ke permukiman kawasan Badui di Desa Kanekes.

Mereka membawa hasil pertanian ladang dengan menanggung padi huma dan pisang untuk perayaan Kawalu Bulan Ketiga.

Kemungkinan hari Ahad (1/4) dan Senin (2/4) mereka warga Badui Luar yang bercocoktanam ladang huma sudah kembali ke kampung-kampung kawasan Badui sehingga kondisi perkampungan Badui ramai.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement