Sabtu 31 Mar 2018 13:02 WIB

Putra Mahkota Saudi Serukan Dunia Tekan Iran

Saat ini pengaruh Iran di wilayah Arab dinilai semakin kuat.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nidia Zuraya
Putra Mahkota Mohammed bin Salman.
Foto: AP
Putra Mahkota Mohammed bin Salman.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) menyerukan masyarakat internasional untuk menekan Iran secara ekonomi dan politik. Menurutnya tekanan perlu diberikan kepada Iran guna menghindari pecahnya konfrontasi militer di kawasan.

 

Menurut Pangeran Mohammed tekanan terhadap Iran dapat diwujudkan dengan sanksi. "Sanksi akan menciptakan lebih banyak tekanan pada rezim (Iran)," ungkap Pangeran Mohammed, dikutip laman The Wall Street Journal, Jumat (30/3).

 

Baca juga, FBI Diminta Selidiki Hubungan Menantu Trump dan Putra Mahkota Saudi

 

Pangeran Mohammed menilai, saat ini pengaruh Iran di wilayah Arab semakin kuat. Kendati demikian, hal itu memang sebaiknya tidak dihadapi dengan opsi-opsi kekerasan.

 

"Kita harus bisa menghindari konflik militer. Jika kami tidak berhasil dalam apa yang kami coba lakukan, kami kemungkinan akan berperang dengan Iran dalam 10-15 tahun," ujar Pangeran Mohammed.

 

Saat ini Saudi diketahui tengah terlibat konfrontasi militer dengan kelompok Houthi di Yaman. Houthi merupakan kelompok pemberontak yang kerap disebut mendapat dukungan militer dari Iran. Namun Teheran membantah tuduhan tersebut. Iran mengklaim justru Saudi adalah salah satu pihak yang memainkan peran destabilisasi di wilayah tersebut.

 

Konfrontasi militer antara Saudi dengan Houthi di Yaman telah memasuki tahun ketiga. Perang antara kedua kubu ini telah menyebabkan Yaman dilanda bencana kemanusiaan terburu di dunia. Sedikitnya 10 ribu orang telah tewas akibat pertempuran tersebut.

 

Kendati demikian, Pangeran Mohammed, yang juga dipercaya menjabat sebagai menteri pertahanan Saudi mengatakan, intervensi militer di Yaman memang perlu dilakukan. Bila hal itu tidak dilakukan, krisis yang lebih buruk akan terjadi. "Jika kita tidak bertindak pada tahun 2015, Yaman akan dibelah dua antara Houthi dan al-Qaeda," ucapnya.

 

Saat ini pertempuran antara koalisi militer Saudi dengan Houthi masih berlangsung. Bahkan Houthi, pada akhir pekan lalu, menembakkan beberapa misil ke Saudi. Tiga misil di antaranya ditargetkan ke ibu kota Saudi Riyadh.

 

Kendati sebagian besar misil berhasil dihancurkan sebelum mencapai sasaran, namun serangan tersebut menewaskan satu warga Saudi di Riyadh. Ini merupakan pertama kalinya misil yang ditembakkan Houthi dari Yaman berhasil memakan korban jiwa.

 

Menurut Pangeran Mohammed serangan tersebut merupakan bukti bahwa Houthi belum berniat mereduksi perlawanannya. "Mereka ingin melakukan apa pun yang bisa mereka lakukan sebelum mereka runtuh," ujarnya.

 

Saat ini Saudi telah memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Iran. Kemudian perihal konflik Yaman, Saudi sementara ini memblokade pasokan kebutuhan pokok ke Yaman guna melemahkan perlawanan Houthi. Namun blokade semakin membuat Yaman terjerumus dalam krisis kemanusiaan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement