REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABD -- Pemenang Hadiah Nobel Perdamaian Malala Yousafzai mengatakan dirinya telah merindukan rumahnya di Lembah Swat di Pakistan. Bahkan ketika dia mengingat dua tahun hidup dalam ketakutan di bawah penafsiran keras Taliban terhadap hukum Islam.
Mengunjungi tanah kelahirannya untuk pertama kali sejak seorang pria bersenjata Taliban menembaknya gara-gara blognya yang mendukung pendidikan anak perempuan, Yousafzai yang berusia 20 tahun juga menentang kritikus Pakistan yang menuduhnya mendukung ideologi yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam negara itu.
"Saya bangga dengan agama saya, dan saya bangga dengan negara saya," katanya dalam sebuah wawancara di hotelnya, Jumat (30/3).
Mengenakan hijab bermotif mawar dan tunik serta celana panjang - salah satu dari banyak pakaian yang dibawakan keluarga dan teman-temannya dari Pakistan ke Inggris, di mana dia belajar di Universitas Oxford - Yousafzai mengatakan dia gembira berada di rumah. "Saya tidak pernah begitu bersemangat untuk apa pun. Saya belum pernah begitu bahagia sebelumnya," katanya.
Pada Sabtu (31/3), Yousafzai terbang dengan helikopter untuk mengunjungi rumah masa kecilnya di Lembah Swat di tengah pengamanan yang ketat. "Saya rindu segalanya tentang Pakistan ... mulai sungai, gunung, bahkan jalanan kotor dan sampah di sekitar rumah kami, dan teman-teman saya serta bagaimana kami dulu bergosip dan berbicara tentang kehidupan sekolah kami, bagaimana kami terbiasa untuk bertengkar dengan tetangga kami," ungkapnya.
Dia mengatakan dia ingin kembali sebelumnya, tetapi, selain dari masalah keamanan, ada kesibukan sekolah dan ujian masuknya ke Oxford, di mana dia mulai belajar pada tahun lalu untuk gelar dalam politik, filsafat dan ekonomi.