Ahad 01 Apr 2018 10:26 WIB

Jonan Tinjau Lokasi Pembangunan Pembangkit Arus Laut

Pembangkit ini terintegrasi dengan Jembatan Pancasila-Palmerah di Selat Larantuka NTT

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Andi Nur Aminah
Ignasius Jonan
Foto: Republika/ Wihdan
Ignasius Jonan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan didampingi Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Rida Mulyana meninjau rencana pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik Arus Laut (PLTAL). Pembangkit ini terintegrasi dengan Jembatan Pancasila-Palmerah di Selat Larantuka, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), Ahad (1/4).

Konsorsium dari Belanda, Tidal Bridge BV dan PJB melaksanakan Joint Venture dengan nama Tidal Bridge Indonesia yang selanjutnya bersama partner lokal akan membangunan Jembatan Pancasila Palmerah diintegrasikan dengan turbin arus laut di Selat Larantuka. Panjangnya kurang lebih 810 meter yang akan menghubungkan Pulau Adonara dan Pulau Flores.

Selain dapat menghasilkan listrik, Menteri ESDM berharap pembangunan jembatan itu akan membuat Pulau Adonara lebih berkembang sama seperti Pulau Flores. "Dengan pembangunan jembatan ini maka diharapkan pembangunan di Adonara dapat berlangsung cepat. Ini semua adalah arahan dari Bapak Presiden Republik Indonesia kalau bisa tersambung ini bisa dibangun dengan baik," ujar Jonan.

Jonan menambahkan, jika terlaksana, proyek Independent Power Producer (IPP) berbasis arus laut ini dapat menjadi pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut (PLTAL) pertama di Indonesia dan terbesar di dunia. "Ini merupakan Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut pertama dan terbesar di dunia jika listrik yang dihasilkan mencapai 20 MW saja," tambah Jonan.

Mengenai kapan waktu mulai pembangunan jembatan ini, Jonan mengatakan, saat ini sedang dilakukan studi. Diharapkan finalisasinya akan dapat diselesaikan secepatnya sehingga dapat mulai bekerja.

Direktur Jenderal EBTKE, Rida Mulyana menambahkan, pembangunan pembangkit listrik tenaga arus laut di Selat Larantuka merupakan ide yang baik. Alasannya, karena wilayah Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu wilayah yang akan ditingkatkan rasio elektrifikasinya.

"Sebagai negara kepulauan, Indonesia banyak mempunyai selat-selat yang arusnya cukup deras superti di Selat Larantuka, yang informasinya merupakan yang terkuat di dunia," lanjut Rida.

Rencana Pembangunan Jembatan Pancasila Palmerah yang terintegrasi dengan turbin merupakan tindak lanjut rangkaian kunjungan kerja Bapak Presiden RI ke Eropa tanggal 22 April 2016. Pada acara tersebut dilakukan penandatanganan Head of Agreement (HoA) on Building Bridges Equipped with Sea Current Turbine Power Plant in the District of East Flores Sea. Proyek ini merupakan kerja sama investasi antara Kementerian PUPR, Tidal Bridge BV, dan Pemerintah Provinsi NTT pada acara Indonesia - The Netherland Business Forum di Belanda.

Konsorsium dari Belanda, Tidal Bridge, tertarik untuk menjalankan proyek pembangunan Jembatan Pancasila Palmerah yang diintegrasikan dengan turbin arus laut di Selat Larantuka. Kementerian PUPR telah menyelesaikan Pra-FS Pembangunan Jembatan Pancasila Palmerah yang akan diintegrasikan dengan PLT Arus Laut pada tahun 2017. Hasil Pra-FS menyatakan bahwa proyek tersebut layak untuk dilaksanakan.

Tidal Bridge mengasumsikan dengan kecepatan arus laut Selat Larantuka rata-rata 3,5 m/s, energi terpasang adalah sebesar 16 MW dengan energi yang dibangkitkan secara efektif sebesar 6 MW untuk satu turbin. Dengan asumsi pemasangan 5 turbin, maka energi terbangkitkan rata-rata sebesar 30 MW. PT PLN dengan Tidal Bridge BV pada tanggal 22 Februari 2018 juga telah menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) tentang pelaksanakan studi kelayakan dan studi dampak jaringan dalam rangka pemanfaatan energi dari PLT Arus Laut ini.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement