REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Bank Indonesia (BI) terpilih Perry Warjiyo pernah berkarier di International Monetary Fund (IMF) sebagai direktur eksekutif. Anggota Komisi XI DPR Faisol Riza mengingatkan, agar Gubernur BI terpilih Perry Warjiyo tidak melulu menuruti "resep" dari IMF dalam menjaga perekonomian Indonesia.
BI sebaiknya fokus pada hal-hal penting dan mendesak antara lain penurunan tingkat bunga perbankan, stabilitas nilai tukar rupiah, dan mengelola neraca perdagangan yang defisit pada Januari 2018.
Mengutip data resmi BI, Riza menyebutkan, neraca perdagangan Indonesia tercatat defisit sekitar 0,68 miliar dolar AS pada Januari lalu.
Defisit juga terjadi pada Februari 2018 yang mencapai 0,12 miliar dolar AS. Dari jumlah itu, maka total defisit dalam tiga bulan sejak Desember 2017 mencapai 1,1 miliar dolar AS.
Soal suku bunga kredit perbankan, menurut Riza, secara rata-rata masih tercatat di atas 10 persen hingga akhir tahun lalu. Berdasarkan data uang yang beredar BI, bunga kredit perbankan rata-rata tercatat 11,55 persen per Oktober 2017. Pun demikian dengan nilai tukar yang berada di sekitar Rp 13.700 lebih per dolar AS.
"Hal-hal inilah yang perlu diselesaikan Pak Perry sebagai Gubernur BI terpilih. Tidak melulu mengikuti resep IMF karena lembaga ini acap salah," tutur anggota Fraksi PKB DPR berdasarkan rilis yang diterima Republika.co.id, Ahad (1/4).
Sebelumnya Komisi XI menyetujui Perry Warjiyo menjadi Gubernur Bank Indonesia periode 2018-2023 menggantikan Agus Martowardojo pada Rabu (28/3). Begitu juga dengan Dody Budi Waluyo yang mendapat suara bulat dari 36 anggota Komisi Bidang Keuangan dan Perbankan itu untuk menjadi Deputi Gubernur BI, membantu tugas Perry selama lima tahun ke depan.