REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma'ruf Amin mengatakan bahwa konsep perekonomian Indonesia saat ini mulai memakai ekonomi keumatan. Artinya, perekonomian mulai dibangun dari masyarakat menengah ke bawah, tidak dari atas lalu diteteskan ke bawah.
Ma'ruf Amin menyingung orasi Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto yang menolak sistem ekonomi neoliberal (neolib). Ma'ruf Amin menyebut bahwa perekonomian Indonesia sekarang sudah lebih baik dengan memaksimalkan kinerja masyarakat kecil menengah.
"Ya itu betul sudah pas, sudah on the track. Justru akibat ini, akibat trickle-down effect yang dulu itu. Justru Pak Jokowi melawan itu," ujarnya di Istana Negara, Senin (2/4).
Ia menjelaskan, perekonomian Indonesia yang masih tertahan merupakan turunan dari sistem ekonomi era lama yang menggunakan sistem trickle-down effect. Sistem yang disebut juga 'efek menetes ke bawah' nyatanya saat ini tidak berjalan dengan baik di Indonesia.
"Ini kan ekonomi akibat trickle-down effect akhirnya dianggap diminta supaya netes ke bawah, ternyata kan tidak netes. Makanya kita MUI mengusung isu arus baru ekonomi Indonesia, pemberdayaan ekonomi bawah," ujar Ma'ruf Amin
In Picture: Ketum Gerindra Prabowo Subianto Menyapa Jawa Barat.
Prabowo dalam orasi di hadapan ribuan kader dan simpatisan Partai Gerinda, menyatakan sangat menolak sistem ekonomi neoliberal. "Gerindra, dalam manifestonya sejak partai dibentuk, tegas menolak sistem neolib karena meningkatkan kesenjangan pendapatan," ujar Prabowo, pekan lalu.
Dia menyinggung soal utang luar negeri dan kekayaan alam. Kekayaan alam sebagian besar justru dibawa ke luar negeri. Oleh karena itu, kata dia, perlu ada pergantian sistem ekonomi yang berpihak kepada rakyat.
Namun, Ma'ruf Amin menyebut bahwa sistem perekonomian Indonesia tidak sesuai dengan apa yang dimaksudkan Prabowo. Menurut dia, sistem liberal yang ada di Indonesia justru berjalan sejak lama dan saat ini sedang diubah oleh pemerintah.