REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bahwa gas yang dikeluarkan dari letusan freatik dari Kawah Sileri, dataran tinggi Dieng, Banjarnegara Jawa Tengah,tersebut tidak berbahaya. Namun demi keamanan masyarakat, ditetapkan radius bahaya 200 meter dari bibir kawah.
"Berdasarkan pemantauan yang dilakukan Tim Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), gas yang dikeluarkan dari letusan tersebut tidak berbahaya namun demikian untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan masyarakat dan wisatawan tidak mendekati kawah Sileri dalam radius 200 meter dari kawah," ujar Kepala PVMBG, Kasbani, Senin (2/4), dipantau dari laman Kementerian ESDM oleh Antara, Jakarta.
Kasbani mengungkapkan, masih pada tanggal 1 April 2018 pukul 13:42 WIB kembali terjadi letusan freatik di kawah Sileri, yang mengeluarkan semburan lumpur dengan tinggi kurang lebih 150 meter.
"Pemantauan di lokasi kejadian hingga pukul 16:00 WIB menunjukkan tidak adanya letusan susulan," ungkap Kasbani.
Saat terjadi letusan freatik, Kasbani menuturkan, diawali dengan keluarnya asap berwarna kelabu dengan ketinggian sekitar 90 meter, diikuti asap putih tebal, dengan tekanan asap kuat, tinggi sekitar 200 meter, dengan sebaran material lumpur sejauh sekitar 100 meter ke arah timur, 50 m ke arah utara, 200 m ke arah selatan, 100 m ke arah barat laut, dan 50 m arah barat.
"Dari hasil pengukuran gas di udara pada jarak sekitar 40 m dari pusat titik letusan freatik, tidak terdeteksi gas berbahaya. Gas CO2 0.04 persen volume (di bawah ambang batas normal 0,5 persen volume), sementara H2S dan SO2 0 ppm (tidak terdeteksi)", jelas Kasbani.
Selanjutnya Kasbani meminta masyarakat dan wisatawan untuk tidak mendekati kawah Sileri pada jarak 200 meter dari bibir Kawah.
"Masyarakat agar tetap tenang tidak terpancing isu-isu terkait dengan aktivitas Gunungapi Dieng dan agar selalu mengikuti arahan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Tengah", pesan Kasbani.