REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Perluasan peraturan visa turis Arab Saudi telah selesai ditinjau oleh Saudi Commission for Tourism and National Heritage (SCTH), pada Senin (2/4). Peninjauan dilakukan bersama dengan Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Luar Negeri.
Dalam sebuah pernyataan resmi, SCTH mengatakan mereka juga akan meninjau perluasan aturan tersebut dengan lembaga pemerintah terkait, investor, serta pekerja di bidang pariwisata dan transportasi. Mereka juga merangkul kelompok penyedia layanan melalui serangkaian pertemuan dan lokakarya intensif.
Persyaratan visa telah diatur oleh lembaga pemerintah dan swasta, dengan sistem elektronik terpadu yang dikembangkan di bawah pengawasan tim yang dipimpin oleh Kementerian Komunikasi dan Teknologi Informasi. Sementara SCTH bertindak atas dasar strategi pengembangan pariwisata nasional yang disetujui pada 2005 untuk mengembangkan dan memperluas visa turis yang sebelumnya hanya diberikan dalam skala terbatas. Peraturan visa baru itu telah diajukan kepada otoritas pemerintah terkait untuk disetujui.
"Program Transformasi Nasional 2020 juga mengadopsi visa turis sebagai salah satu inisiatif kelayakan ekonomi tinggi," ujar SCTH dalam pernyataan resminya.
Presiden dan Ketua Dewan SCTH, Pangeran Sultan bin Salman, mengatakan Kerajaan Arab Saudi telah menegaskan komitmennya terhadap nilai-nilai dan budaya lokal. Hal ini merupakan atraksi paling penting saat kerajaan berusaha menarik wisatawan untuk datang.
"Kerajaan adalah tempat lahirnya Islam dan arah yang dihadapi oleh semua Muslim saat mereka berdoa, dan Kerajaan memiliki kehormatan untuk melayani mereka, bersandar pada warisan kekayaan peradaban, alam, budaya, dan wisata, serta orang-orang yang dermawan dan ramah," kata Pangeran Sultan, seperti dikutip laman Arab News.
Sektor pariwisata telah dijadikan pendorong utama oleh Kerajaan untuk melakukan diversifikasi ekonomi dalam Visi 2030. Sekitar 900 ribu warga Arab Saudi saat ini bekerja di sektor perjalanan dan pariwisata. Tahun lalu saja, Arab Saudi menyambut sekitar 18 juta pengunjung, yang sebagian besar datang untuk melakukan ibadah Haji dan Umrah.
Kerajaan juga memiliki beberapa situs arkeologi dan sejarah yang penting, termasuk Madain Saleh di wilayah barat laut, yang dibangun oleh orang-orang Nabatea kuno. Selain itu ada juga Kota Diriyah, sebuah kota kecil bersejarah yang terletak sekitar 20 kilometer dari ibu kota Riyadh.
Kedua tempat itu telah menjadi situs warisan dunia UNESCO. Situs UNESCO lainnya adalah Al-Balad atau Historical Jeddah, dan situs arkeologi Batu Seni di wilayah Hail.
Arab Saudi juga telah mengumumkan proyek-proyek pariwisata utama lainnya sebagai bagian dari Visi 2030. Salah satunya adalah Proyek Laut Merah, sebuah laguna pantai yang mencakup sekitar 50 pulau tak berpenduduk, yang membentang di garis pantai sepanjang lebih dari 150 km.