Senin 02 Apr 2018 23:59 WIB

In Picture: Penampakan Stasiun Ruang Angkasa Tiangong yang Jatuh

Wahana Antariksa Cina ini terbakar di atmosfer bumi.

Rep: Fuji Pratiwi, AP Photo/ Red: Yogi Ardhi Cahyadi

Gambar scan radar dari Fraunhofer Institute FHR, menunjukan stasiun ruang angkasa Cina Tiangong-1 yang ditangkap oleh radar Fraunhofer Institute for High Frequency Physics and Radar Techniques di Bonn, Jerman. (FOTO : Fraunhofer Institute FHR via AP)

(File Foto 16/11/2010) Pengunjung pameran berdiri di dekat model stasiun ruang angkasa Tiangong-1 di ajang pameran China International Aviation and Aerospace Exhibition di Zhuhai, Cina Selatan. (FOTO : Kin Cheung/AP)

(File Foto 10/06/2017) Pengunjung pameran berdiri di dekat model stasiun ruang angkasa Tiangong-1 di ajang pameran China Beijing International High-Tech Expo di Beijing, Cina. (FOTO : Mark Schiefelbein/AP)

Ruangan pengamat Space Debris Room di Badan Antariksa Eropa European Space Agency ESA di Darmstadt, Jerman (FOTO : Christoph Noelting/AP)

(File Foto 29/9/2011) Long March-2FT1 yang membawa stasiun ruang angkasa Tiangong-1 saat diluncurkan menuju ruang angkasa. (FOTO : Color China Photo via AP)

inline

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Stasiun luar angkasa nonaktif milik Cina, Tiangong-1, yang jatuh ke arah bumi sebagian besarnya terbakar di atmosfer di atas Samudera Pasifik bagian selatan pada Senin (2/4).

Badan Antariksa Cina menyatakan, Tiangong-1 memasuki atmosfer bumi pada pukul 8.15 pagi waktu Beijing. Ilmuwan sebelumnya juga menduga sebagian besar badan Tiangong-1 akan terbakar di atmosfer sehingga tak membahayakan manusia di bumi. Hasil analisis Pusat Kendali Luar Angkasa Beijing menujukkan hal serupa.

Ahli astrofisika Australian National University Brad Tucker mengatakan, proses pulangnya Tiangong-1 ke bumi merupakan yang paling sukses dan akan sempurna bila stasiun luar angkasa nonaktif itu tak berputar-putar dulu di orbit bumi. Hal itu akan menyulitkan prediksi kapan benda itu memasuki atmosfer bumi.

''Sisa-sisa stasiun itu mendarat Samudera Pasifik bagian selatan, tempat yang memang diharapkan untuk hal semacam ini,'' kata Tucker seperti dilansir Associated Press, Senin (2/4).

sumber : Republika, AP Photo
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement