Selasa 03 Apr 2018 14:29 WIB

Pesawat Tempur Saudi Kembali Serang Warga Sipil Yaman

14 orang dilaporkan tewas dan sembilan terluka dalam serangan tersebut.

Rep: Marniati/ Red: Nidia Zuraya
Militer Arab Saudi dikerahkan ke Yaman untuk memerangi Houthi.
Foto: Reuters
Militer Arab Saudi dikerahkan ke Yaman untuk memerangi Houthi.

REPUBLIKA.CO.ID, AL MUKALLA -- Pesawat koalisi Arab Saudi kembali menyerang Yaman. Saat serangan terjadi para pengungsi yang kebanyakan wanita dan anak-anak sedang berada di luar rumah sementara mereka untuk mencari udara segar. Saat itu kondisi cuaca begitu panas dan listrik padam.

Dilansir New York Times, Selasa (3/4) petugas medis dan penduduk di kota pelabuhan barat Yaman, Al Hudaydah, mengatakan pesawat-pesawat tempur Saudi menembakkan rudal ke arah warga sipil. Akibatnya 14 tewas dan sembilan terluka.

Pihak berwenang Saudi berpendapat bahwa tujuan sasarannya adalah militer. Mereka mengatakan Al Hudaydah satu-satunya pelabuhan Yaman yang tetap di bawah kendali pemberontak Houthi setelah lebih dari tiga tahun.

Arab Saudi selalu berjanji untuk melindungi warga sipil dalam kampanyenya melawan Houthi. Namun pada kenyataannya, warga sipil semakin dihadapkan dengan situasi berbahaya dari koalisi.

Direktur biro kesehatan kota di Al Hudaydah,Abdulrahman Jarallah, mengatakan ambulans tidak bisa menyeberang ke daerah sasaran karena intensitas jet. Dia mengatakan tidak ada kehadiran militer di dekatnya.

Petugas medis di Al Hudaydah mengatakan hanya dua mayat yang dapat diidentifikasi. Sebagian besar korban sudah tidak dapat dikenali karena dahsyatnya serangan yabg menyebabkan tubub mereka menjadi tidak utuh lagi.

"Kami percaya bahwa orang-orang yang ditargetkan berada di tempat terbuka untuk mencari udara segar karena tidak ada listrik di kompleks. Jadi rudal menyerang mereka secara langsung," kata Jarallah.

Menurut para penduduk, rudal-rudal itu menghantam unit-unit perumahan bertingkat di tepi timur Al Hudaydah, tempat banyak orang yang melarikan diri dari daerah-daerah yang diperebutkan di selatan kota itu.

Saluran televisi Al Arabiya milik Saudi mengatakan pesawat-pesawat tempur itu telah mengebom pertemuan militer dan persembunyian senjata Houthi di daerah sasaran. Menurur Al Arabiya serangan udara telah memicu ledakan besar.

PBB mengatakan koalisi bertanggung jawab atas 10 ribu penduduk sipil yang tewas sejak Saudi mulai membom pada Maret 2015. Kelompok-kelompok hak asasi manusia juga mengkritik Arab Saudi. Khususnya terkait serangan udara dan pembatasan terhadap aliran bantuan kemanusiaan ke Yaman.

Semakin banyak anggota parlemen di Amerika Serikat, yang telah memberikan dukungan militer kepada koalisi Saudi di Yaman, termasuk pengisian bahan bakar, intelijen dan penargetan. Kelompok kemanusiaan meminta bantuan semacam itu untuk dihentikan.

Pemberontak Houthi, yang didukung oleh Iran, saingan regional Arab Saudi, tidak memberikan indikasi bahwa mereka siap untuk bernegosiasi mengakhiri konflik.

Pekan lalu, Houthi menembakkan tujuh rudal ke Arab Saudi. Ini merupakan serangan terbesar yang pernah mereka lakukan.

Menurut kantor berita Uni Emirat Arab, pada SeninHouthi meluncurkan rudal ke arah kota Saudi, Dhahran. Tapi rudal itu mendarat di Yaman dekat perbatasan Saudi.

Kelompok-kelompok hak asasi manusia telah mengkritik Houthi atas serangan rudal itu. Human Rights Watch menyebut serangan itu sebagai pelanggaran terhadap hukum perang.

Meskipun demikian, Direktur Timur Tengah di Human Rights Watch,Sarah Leah Whitson mengatakan Saudi tidak dapat menggunakan roket Houthi untuk membenarkan blokade bantuan kemanusiaan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement