REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar politik Islam dari UIN Syarief Hidayatullah Jakarta, Komaruddin Hidayat menilai dalam tahun politik ini semua ucapan tokoh publik akan mengundang tafsir politik, apalagi yang menyangkut isu agama. Hal ini terkait dengan puisi Sukmawati Soekarnoputri yang dilaporkan oleh Politisi Partai Hanura karena dinilai menistakan agama Islam.
Isu SARA dinilai masih instrumental dalam kontestasi politik. "Menjadi lebih sensitif lagi ketika sentimen agama terlibat, karena saat ini agama sangat instrumental dalam kontestasi politik," ujar Komaruddin kepada Republika.co.id, Selasa (3/4).
Bawaslu Komaruddin Hidayat
Melihat kondisi saat ini, Komarudin menilai politikus akan semakin aktif berbicara untuk mengundang simpati masyarakat. Para politikus, dia mengatakan, sudah terfragmentasi dalam beberapa kelompok. Masing-masing memiliki cara pandang yang dipengaruhi oleh posisi dan kepentingannya masing-masing. "Siapa yang aktif bicara dan yang diam tak lepas dari kalkulasi kepentingan politiknya," ucap dia.
Puisi Sukmawati Soekarnoputri berjudul 'Ibu Indonesia', yang dibacakan saat acara 29 Tahun Anne Avantie Berkarya menuai kontroversi karena membandingkan Syariat Islam dengan konde dan kidung. Akibatnya, putri Proklamator Soekarno ini dilaporkan oleh politikus Hanura Hanura Amron Asyhari ke Polda Metro Jaya. "Ini penghinaan terhadap kami sebagai umat Islam," kata Amron di Polda Metro Jaya, Selasa (3/4).
Sukmawati Soekarno Putri.
Selain oleh Amron, Sukmawati juga dilaporkan oleh pengacara bernama Denny Andrian Kusdayat yang mewakili umat Islam. Dalam puisi tersebut, Sukmawati membandingkan antara cadar dengan konde ibu, serta suara kidung lebih merdu daripada azan.