Selasa 03 Apr 2018 20:56 WIB

Kashmir India Memanas, 20 Orang Tewas dalam Sehari

Ratusan personel keamanan dikerahkan berjaga-jaga di jalanan.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Ani Nursalikah
Demonstran Kashmir berlindung dari asap gas air mata, saat protes terhadap Arab Saudi di Srinagar, Kashmir India.
Foto: AP
Demonstran Kashmir berlindung dari asap gas air mata, saat protes terhadap Arab Saudi di Srinagar, Kashmir India.

REPUBLIKA.CO.ID, SRINAGAR -- Bentrokan mematikan terjadi di sejumlah desa di wilayah Kashmir yang dikuasai India sejak Ahad (1/4) hingga mengakibatkan 20 orang tewas. Semua toko, sekolah, dan perguruan tinggi ditutup dan jalanan terlihat sepi pada Senin (2/4), setelah para pemimpin separatis Kashmir menyerukan penutupan penuh fasilitas publik sebagai protes terhadap pembunuhan itu.

Kashmir yang penduduknya mayoritas Muslim telah terbagi antara India dan Pakistan sejak meraih kemerdekaan dari Inggris pada 1947. Di banyak wilayah Kashmir India yang memanas, termasuk di Srinagar, ratusan personel keamanan dikerahkan berjaga-jaga di jalanan.

Para pemimpin separatis Kashmir memperpanjang seruan penutupan fasilitas publik hingga Selasa (3/4). Pejabat pemerintahan Kashmir memperpanjang penutupan sekolah-sekolah di wilayah bentrokan untuk menghindari terjadinya ketegangan baru.

Pada Ahad (1/4), 20 orang, termasuk 12 militan separatis, empat warga sipil, dan tiga tentara India, tewas di tiga desa di Distrik Sophian. Sementara satu militan tewas dalam pertempuran singkat di Dialgam, sebuah desa di Distrik Anantnag.

Pembunuhan para militan ini menyebabkan demonstrasi besar-besaran di banyak wilayah, yang menyebabkan lebih dari 30 orang terluka. Namun, SA Dinkar, inspektur polisi setempat, mengatakan kepada Aljazirah pada Senin (2/4) situasinya kini telah terkendali.

"Semua militan telah dikuburkan dan pemakaman mereka telah berakhir. Kami tidak mendapatkan laporan tentang adanya bentrokan, kecuali beberapa orang yang luka ringan," ujar Dinkar.

Desa-desa di Distrik Shopian telah mengalami kekerasan sejak awal tahun ini dalam bentuk baku tembak antara kelompok separatis bersenjata dan pasukan India. Sebagian besar militan separatis yang tewas dalam bentrokan kali ini adalah warga lokal Kashmir selatan.

"Pasukan India menargetkan semua orang, pengunjuk rasa atau bukan. Putra saya dipukul di mata kiri dan para dokter tidak yakin apakah dia bisa kembali melihat dengan jelas," kata Kulsuma Begum yang sedang menunggui putranya di rumah sakit Srinagar.

Inspektur medis di Rumah Sakit Shri Maharaja Hari Singh (SMHS) Saleem Tak mengatakan hari itu adalah hari yang sangat sibuk bagi para staf. "Kemarin, kami menerima 45 pasien," katanya kepada Aljazirah.

Menurutnya, 41 korban menderita luka di mata mereka, tiga mengalami luka tembak, dan salah satu dari mereka terkena peluru di bagian perut. Sementara pasien lainnya dalam kondisi stabil.

Desa-desa di Kashmir selatan telah berubah menjadi benteng bagi kelompok separatis, setelah insiden pembunuhan seorang komandan muda, Burhan Wani, oleh pasukan keamanan India pada 2016. Sejak itu, orang-orang secara terbuka mendukung kelompok separatis bersenjata dalam memerangi pasukan keamanan India di Kashmir.

Pakistan dan India sama-sama mengklaim wilayah Himalaya secara penuh dan telah berperang sebanyak tiga kali di wilayah pegunungan itu. Daerah ini masih menjadi salah satu wilayah paling termiliterisasi di muka bumi.

Warga Kashmir telah menuntut diadakannya referendum untuk membiarkan mereka memutuskan masa depan mereka. Puluhan ribu orang, kebanyakan warga sipil, telah meninggal di Kashmir sejak 1990.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement