REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, Taman Maju Bersama yang dibangun nantinya akan dititikberatkan pada konsep sebuah taman yang bisa menjadi ruang interaksi warga. Ia tak ingin taman hanya menjadi sebuah garden atau kebun yang hanya bisa dilihat.
"Kita menginginkan agar semua yang disebut sebagai taman itu orientasinya park (taman), bukan garden (kebun). Jadi harapannya akan bisa meningkatkan interaksi antarwarga," kata dia di gedung DPRD DKI, Selasa (3/4).
Anies mengatakan, pembuatan taman tak ingin bersifat dari atas ke bawah. Pendekatan yang harus dilakukan, menurutnya, adalah dari bawah ke atas atau sesuai aspirasi warga sekitar. Artinya, Taman Maju Bersama yang akan dibuat bersifat tematik dan disesuaikan kebutuhan masyarakat setempat.
"Jadi bukan sesuatu yang sifatnya seragam di semua tempat, bervariasi dan sesuai kebutuhannya. Yang diunggulkan dan ditonjolkan adalah interaksinya, karena interaksi yang kemudian membuat suasana menjadi lebih baik," ujar dia.
Dalam rapat paripurna dengan agenda jawaban atas tanggapan dari fraksi-fraksi terhadap rancangan peraturan daerah (raperda) rencana pembangunan jangka menegah daerah (RPJMD) 2017-2022, Anies memastikan akan berupaya menambah ruang terbuka hijau (RTH) di Ibu Kota.
Anies mengatakan akan menjadikan RTH sebagai bagian dari kawasan ekosistem perkotaan, baik dalam bentuk taman maupun jalur hijau. Selain berfungsi ekologis, kata Anies, RTH juga memiliki fungsi sosial sebagai ruang publik untuk masyarakat berinteraksi.
Warga Ibu Kota nantinya bisa memanfaatkannya sebagai tempat bermain ramah anak, perpustakaan, berolahraga hingga bersosialisasi. "Karena itulah, Pemprov DKI Jakarta akan mengembangkan Taman Maju Bersama dan Taman Pintar," kata dia.
Di era mantan gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) tempat itu akrab dengan istilah Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA). Ketika ditanya perbedaan antara RPTRA dan Taman Maju Bersama, Anies menyebut bahwa Taman Maju dititikberatkan sebagai sebuah taman.
Menurutnya, peningkatan RTH dalam 15 tahun terakhir sangat lamban yakni hanya 1 persen. Ia menyatakan akan melakukan strategi lain, seperti penegakkan insentif dan disinsentif pemanfaatan lahan, pengembalian fungsi jalur hijau di pinggir sungai melalui naturalisasi sungai, pelibatan swasta dan komunitas, dan instrumen strategi lainnya.
Menjadikan RTH sebagai park dan bukan garden juga pernah dijadikan argumentasi Anies-Sandi saat membuka lapangan Monas untuk umum. Wakil Gubernur Sandiaga Uno pernah mengatakan, lapangan Monas bukan hanya sekedar untuk menjadi hiasan atau hanya dilihat tetapi bisa dimanfaatkan masyarakat untuk berkegiatan. "Jadi kita ingin di sini (Monas) bukan hanya bisa dilihat tapi juga bisa dinikmati oleh warga," kata Sandi saat itu.
Sandi mengatakan, pemprov tidak ingin Monas hanya sekedar menjadi garden, tetapi bisa menjadi sebuah park. Menurutnya, setiap tempat terbuka hijau di Jakarta bisa dioptimalkan untuk warga ibu kota. Ia yakin tak ada masalah jika hal itu dilakukan.
Yang terpenting, kata dia, adalah mengedukasi masyarakat untuk tidak buang sampah sembarangan dan menjaga taman tersebut. Perilaku masyarakat harus diperhatikan agar tidak membuang sampah sembarangan serta memastikan disediakan tempat dengan sistem tahan, simpan dan pungut.
Sebelumnya, dalam tanggapan fraksi-fraksi atas pidato RPJMD Anies, Fraksi PDIP mengritik istilah-istilah yang digunakan Anies-Sandi. Anggota Fraksi PDIP yang membacakan tanggapan, William Yani berharap Anies-Sandi tak alergi dengan istilah yang digunakan gubernur sebelumnya.
"Kami berharap agar pemerintah daerah saat ini tidak perlu alergi atau tidak nyaman dengan beberapa istilah yang terlanjur populer mau pun tidak populer berkenaan dengan pelaksanaan RPJMD tahun 2013-2017," kata Yani.
Istilah-istilah yang dimaksud PDIP yakni normalisasi sungai yang berubah menjadi naturalisasi, RPTRA yang menjadi Taman Maju Bersama dan lain sebagainya.