Rabu 04 Apr 2018 14:06 WIB

Turki akan Gunakan Rudal Rusia

Erdogan dan Putin menyepakati pembelian sistem pertahanan rudal jarak jauh Rusia S400

Rep: Marniati/ Red: Nidia Zuraya
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Foto: en.trend.az
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memastikan bahwa negaranya akan membeli sistem pertahanan rudal jarak jauh Rusia. Erdogan muncul di konferensi pers bersama dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, yang berada di Ankara untuk kunjungan pertamanya sejak memenangkan pilpres.

"Kami telah membuat kesepakatan mengenai rudal S-400. Ini sudah dilakukan," kata Erdogan.

Kesepakatan sistem pertahanan dan kunjungan Putin ke Turki menggarisbawahi hubungan yang semakin kuat antara Turki dan Rusia. Pada Desember, kedua pemimpin tersebut menyelesaikan kesepakatan untuk membeli sistem pertahanan rudal jarak jauh S-400 Rusia.

 

Baca juga, Setelah Afrin, Turki Berencana Kuasai Kota di Aleppo

Hubungan antara kedua negara sangat kontras dengan hubungan antara Rusia dan Barat yang semakin memburuk. Ini disebabkam karena kasus keracunan mantan mata-mata Rusia di Inggris.

Hubungan Turki dengan sekutu Baratnya juga telah memburuk karena masalah hak asasi manusia dan operasi militernya melawan milisi Kurdi di Suriah. "Alhamdulillah kami berhasil melewati masa-masa sulit ini dengan sukses. Dengan setiap provokasi yang gagal, hubungan kami diperkuat, seperti baja setelah besi dipadamkan dengan air," ujar Erdogan.

Putin mengatakan Rusia akan memproduksi rudal S-400 lebih cepat dari permintaan Ankara. "Kami telah memutuskan untuk mempercepat pengiriman sistem yang sangat efisien," tambahnya.

Sebelumnya, kedua pemimpin secara simbolis meluncurkan awal pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir pertama Turki. Proyek ini akan dibangun oleh Rusia di dekat pantai Mediterania di Akkuyu.

Putin memuji proyek tersebut sebagai simbol kerja sama yang semakin meningkat antara Rusia dan Turki. "Kami menghadapi tujuan ambisius untuk meluncurkan reaktor pertama pada 2023 bertepatan dengan peringatan 100 tahun berdirinya Republik Turki. Saya setuju dengan sahabatku, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, untuk melakukan semua yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu,"kata pemimpin Rusia itu.

Erdogan mengatakan pembangkit listrik akan memenuhi 10 persen dari kebutuhan energi Turki setelah semua reaktor beroperasi. Pabrik Akkuyu sedang dibangun oleh badan energi nuklir Rusia, Rosatom. Proyek ini diperkirakan menelan biaya 20 miliar dolar AS.

Turki dan Rusia telah mengesampingkan persaingan dan perbedaan mereka pada isu-isu regional untuk menjalin hubungan yang lebih erat. Putin dan Erdogan telah bertemu beberapa kali dalam satu tahun terakhir dan secara teratur berkomunikasi via telepon.

Pada Rabu, Putin, Erdogan dan Presiden Iran Hassan Rouhani juga akan mengadakan pertemuan puncak di ibukota Turki Ankara untuk membahas masa depan Suriah. Ketiga negara akan membahas upaya untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung tujuh tahun tersebut.

Kerja sama ini tetap dilakukan meskipun ketiga negara memiliki posisi yang berbeda dalam konflik Suriah. Moskow dan Teheran mendukung Presiden Suriah Bashar Assad, sementara Turki mendukung pasukan yang berusaha menggulingkan Assad.

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement