REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presidium Majelis Nasional Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Indonesia (KAHMI) Ahmad Doli Kurnia menyayangkan puisi 'Ibu Indonesia' yang dibacakan Sukmawati Soekarnoputri beberapa waktu lalu. Ia menilai situasi toleransi agama yang sudah kondusif kembali memanas akibat puisi yang dibacakan putri Proklamator tersebut.
"Di tengah-tengah pendinginan dan penciptaan suasana ke arah yang lebih kondusif serta pemulihan kembali situasi bangsa pascaPilkada DKI yang begitu tinggi dinamikanya, tidak ada angin tidak ada hujan, tiba-tiba lahir puisi yang seolah mengundang kembali suasana pertentangan antara ke-Islaman dan ke-Indonesiaan," kata Ahmad, dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Rabu (4/4).
Hal yang lebih berbahaya lagi, menurut Ahmad adalah puisi tersebut datang dari anggota keluarga yang selama ini dihormati bangsa Indonesia. Selama pembangunan Indonesia, mantan Presiden pertama RI Soekarno membesarkan negara dengan pemahaman tentang kultur Indonesia yang agamas, berbudaya dan beradab.
"Indonesia yang dilahirkan oleh Bung Karno dan founding father lainnya adalah Indonesia yang didasari oleh nilai-nilai Ke-Tuhanan, Ke-manusiaan, dan Kebersamaan yang saling menghargai dan menghormati keberagaman dan perbedaan," lanjut dia.
Ahmad menambahkan, nilai ke-Islaman dan ke-Indonesiaan adalah doktrin yang satu dan tak terpisahkan dalam berkontribusi sebagai anak bangsa. Baiknya, seluruh tingkah laku masyarakat Indonesia sebagai anak bangsa haruslah mencerminkan pengembangan kehidupan yang damai dan tentram berbasis niai religiusitas dan kebudayaan Indonesia.
"Apa yang telah dilakukan oleh Ibu Sukmawati adalah sesuatu yang dapat menciderai kehidupan yang sejak awal dibangun oleh orang tuanya. Apa yang disampaikan oleh Ibu Sukmawati tidak ada hubungannya dengan pertentangan seni, budaya, dan politik. Apa yang disampaikan Ibu Sukmawati adalah sesuatu pemikiran yang justru keliru, bertentangan, dan berbahaya bagi ke-Indonesiaan," kata Ahmad menegaskan.
Ia pun berharap Sukmawati dapat bersikap bijak dan introspeksi diri. Selain itu, Sukmawati juga harus memohon maaf kepada rakyat Indonesia layaknya ksatria dan negarawan seperti sang ayah Bung Karno.
(Baca juga: Sambil Menangis, Sukmawati: Saya Mohon Maaf ke Umat Islam)