Rabu 04 Apr 2018 15:37 WIB

Doli: Puisi Sukmawati Berbahaya Bagi Keindonesiaan

Puisi Sukmawati seolah mempertentangkan antara keislaman dengan keindonesiaan

Rep: Amri Amrullah/ Red: Bilal Ramadhan
Sukmawati Soekarnoputri
Foto: Antara/Fanny Octavianus
Sukmawati Soekarnoputri

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presidium Majelis Nasional Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) sangat menyayangkan puisi Sukmawati Sukarnoputri yang menjadi polemik keras di tengah umat Islam dan masyarakat. Anggota Presidium Majelis Nasional KAHMI, Ahmad Doli Kurnia mengatakan di saat upaya banyak pihak mendinginkan suasana sosial dan politik setelah pilkada DKI, tiba-tiba puisi Sukmawati merusak suasana yang sudah lumayan kondusif itu.

"Tidak ada angin tidak ada hujan, tiba-tiba lahir puisi yang seolah mengundang kembali suasana pertentangan antara keislaman dan keindonesiaan. Apa yang disampaikan Sukmawati adalah sesuatu pemikiran yang justru keliru, bertentangan, dan berbahaya bagi keindonesiaan," ujar politisi Golkar ini," kata Doli kepada wartawan, Rabu (4/4).

Ia sayangkan puisi kontroversial tersebut dibacakan oleh anggota keluarga yang selama ini dihormati sebagai Bapak Bangsa, Bung Karno. Soekarno yang dalam ikut membidani lahirnya Indonesia sangat kental pemahaman tentang kultur Indonesia yang agamis, berbudaya, dan beradab.

Ia menegaskan Indonesia yang dilahirkan oleh Bung Karno dan founding father lainnya adalah Indonesia yang didasari oleh nilai-nilai Ke-Tuhanan, Ke-manusiaan, dan Kebersamaan yang saling menghargai dan menghormati keberagaman dan perbedaan.

"Bagi KAHMI dan Keluarga Besar HMI, yang lahir dua tahun setelah kemerdekaan, nilai keislaman dan keindonesiaan adalah doktrin yang satu dan tak terpisahkan dalam berkomitmen dan melakukan seluruh peran, kontribusi, serta aktivitasnya sebagai anak bangsa," jelasnya.

KAHMI serta HMI akan selalu menjadi yang terdepan menjaga apabila ada kekuatan-kekuatan yang berupaya memisahkan nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan. Semua berlaku untuk setiap aspek kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara.

Doli mengimbau agar sebagai tokoh, seluruh pemikiran, ucapan, prilaku, tindak tanduk seharuslah mencerminkan pengembangan kehidupan yang damai. Menjaga keharmonian, kerukunan dan ketenteraman, dengan berbasis nilai-nilai religiusitas dan kebudayaan Indonesia.

"Apa yang telah dilakukan oleh Sukmawati adalah sesuatu yang dapat menciderai kehidupan yang sejak awal dibangun oleh orang tuanya," tegas dia.

Dan apa yang disampaikan oleh Sukmawati, menurut dia, tidak ada hubungannya dengan pertentangan seni, budaya, dan politik. Oleh karena itu, ia mengimbau langkah bijak yang harus dilakukan oleh Sukmawati adalah introspeksi diri.

"Sekaligus memohon maaf kepada rakyat Indonesia, sebagai ksatria dan negarawan seperti sang Proklamator, Ayahnya Bung Karno," tegasnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement