Rabu 04 Apr 2018 17:37 WIB

Warga Rusia Lebih Suka Apel Eropa dan Cina

Investasi pertanian Rusia pada 2017 mencapai 374,7 miliar ruble.

Apel
Foto: Prayogi/Republika
Apel

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia giat membenahi sektor pertanian mereka untuk mengurangi impor pangan. Investasi dan subsidi digelontorkan demi mewujudkan hal itu.Rusia  merupakan importir apel terbesar di dunia karena apel lokal lebih cepat busuk dibanding apel impor.  Hal itu membuat warga Rusia lebih suka apel Eropa atau Cina.

 

Pada 2015 lalu, AFG National Group Rusia ingin meningkatkan pasokan dengan mengimpor 143 ribu batang bibit tanaman apel.Tahun ini, 8.000 metrik ton apel Gala, Red Delicious dan Granny Smith hasil yang tahun ini sudah siap panen. Bibit itu ditanam di sepanjang jalan-jalan sekitar kaki Pegunungan Caucasus.

 

Kepala Unit Penanaman AFG Oleg Ryanov mengakui Rusia tertinggal dalam teknologi tanaman apel dibanding Eropa.  Sejak awal proses penanaman, AFG mengacu pada teknologi yang dikembangkan Eropa. "Investasi pertanian di sana sebagian besar untuk pangan pokok," ujarnya dilansir Bloomberg, Selasa (3/4).

Sadar untuk mengejar, Rusia mengembangkan instrumen dan teknologi dari luar untuk pengembangan pertanian di sana. Selama dekade lalu, usaha itu berhasil membuat Rusia mengekspor barley dan gandum.

 

Namun, warga tetap saja masih bergantung pada produk susu, buah, dan sayuran impor. Karena itu petani mulai mengimpor benih sayur, buah, dan sapi lebih bagus.

Data Pemerintah Rusia menunjukkan, investasi pertanian Rusia pada 2017 mencapai 374,7 miliar ruble (6,6 miliar dolar AS atau Rp 91 triliun), naik 3,1 persen dari tahun sebelumnya.

 

Berdasarkan data perusahaan konsultan pertanian yang berbasis di St. Petersburg, Agriconsult, kebutuhan impor yang besar dapat menyedot alokasi antara 20 persen hingga 90 persen anggaran.

Direktur Agriconsult, Andrey Golokhvastov, jumlah instrumen pertanian yang diimpor terbilang banyak. Harganya memang mahal, tapi masih terjangkau. ''Memang ada beberapa substitusinya di pasar lokal, tapi kurang bagus,'' kata Golokhvastov.

Sejak Putin melarang impor sejumlah komoditas pangan pada 2014, petani lokal berusaha keras memenuhi kebutuhan domestik. Apalagi AS dan Eropa juga menjatuhkan sanksi bagi Rusia atas kasus Crimea. Sejak itu, Pemerintah Rusia memberi subsidi besar bagi petani meski nilai ruble tengah terpuruk.

Upaya itu mulai terasa pada 2016. Data Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) menunjukkan impor pangan Rusia turun lima persen dibanding 2010. Pengurangan impor perlu diiringi pula peningkatan investasi pertanian. Karena itu belanja Rusia untuk teknologi pertanian juga luar biasa.

Tak heran, menurut Agriconsult, penjualan alat dan mesin pertanian perusahaan Eropa seperti DeLaval S.R.O. Swedia, GEA Group AG dan Big Dutchman International GmbH di Jerman, CerthondanKubo Group asal Belanda juga naik.

Manajer Ekspor Kubo Henk van Tuijl mengatakan, produksi Kubo untuk pasar Rusia naik 25 persen pada 2017. ''Rusia tengah menguatkan pertanian mereka dengan membeli teknologi terbaru dan terbaik,'' kata van Tuijl.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement