REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memprediksi musim kemarau di Provinsi Sumatera Selatan mundur atau tidak sesuai dengan masanya. Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Mei kini diprediksi mundur ke Juni 2018.
"Dengan bergesernya musim kemarau, sekarang ini hingga dua bulan ke depan masyarakat diimbau tetap mewaspadai bencana banjir, tanah longsor dan angin langkisau karena masih banyak turun hujan disertai petir dan angin kencang," kata Kepala Stasiun Klimatologi Klas I Palembang, Nuga Putrantijo di Palembang, Rabu (4/4).
Menurut dia, sepanjang April ini secara umum curah hujan di wilayah provinsi berpenduduk sekitar 8,6 juta jiwa itu masih cukup tinggi mencapai hingga 400 milimeter.
Dalam kondisi musim hujan sekarang ini, peluang hujan masih sering terjadi di seluruh wilayah provinsi yang memiliki 17 kabupaten dan kota itu terutama pada sore dan malam hari.
Dalam kondisi masih tingginya intensitas curah hujan disertai angin kencang, kemungkinan terjadi bencana banjir, tanah longsor, dan angin langkisau cukup tinggi, masyarakat diimbau meningkatkan kewaspadaan ancaman bencana tersebut sehingga dapat dicegah atau diminimalkan timbulnya kerugian harta benda dan korban jiwa, katanya.
Dia menjelaskan, banjir berpotensi terjadi terutama di daerah aliran sungai dan yang kurang baik drainasenya seperti Kota Palembang.
Sedangkan potensi bencana tanah longsor juga perlu diwaspadai terutama di daerah Kota Pagaralam, Kabupaten Lahat, Muaraenim, Ogan Komering Ulu (OKU), OKU Selatan, dan Kabupaten Empat Lawang.
Sementara bencana angin langkisau seperti yang terjadi di Kabupaten Banyuasin pada Senin (2/4) yang mengakibatkan kerusakan ringan dan berat 114 rumah warga Desa Sungai Rebo, Kecamatan Banyuasin I, berpotensi terjadi di sejumlah daerah Sumsel lainnya, ujar dia.