Rabu 04 Apr 2018 21:58 WIB

Jalur Persimpangan Sumbang Kemacetan di Kota Malang?

Waktu lampu hijau tidak mampu menghabiskan antrian kemacetan di titik tersebut.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Esthi Maharani
Tugu Kota Malang
Foto: Republika/Rakhmawati
Tugu Kota Malang

REPUBLIKA.CO.ID,  MALANG -- Jalur persimpangan di Kota Malang dianggap turut menyumbang kemacetan selama ini. Hal ini diungkapkan Dosen Fakultas Teknik Universitas Brawijaya (FT UB), Harnen Sulistyo karena masalah kemacetan lebih sering dijumpai di lokasi-lokasi tersebut.

"Masalah yang sering kita jumpai kebanyakan di persimpangan jalan," ujar Harnen di Hotel Atria Kota Malang, Rabu (4/4).

 

(Baca: Pemkot Malang Cari Solusi Hadapi Kemacetan)

Menurut Harnen, hal yang membuat persimpangan sering menjadi lokasi kemacetan karena waktu lampu hijau. Waktu lampu hijau tidak mampu menghabiskan antrian kemacetan di titik tersebut. Di titik tersebut sering menemukan kendaraan yang bisa berhenti dua hingga tiga kali karena keterbatasan waktu.

"Ini menunjukkan jika arusnya memang bermasalah dan perlu diatur lagi," kata dia.

Harnen juga berpendapat, selama ini pengaturan signal timing lampu lalu linta kurang optimal di persimpangan jalan. Untuk itu, dia menyarankan, pemkot agar memperbaharuinya mengingat selalu ada perubahan kendaraan setiap waktunya. Tindakan ini setidaknya diharapakan dapat dilakukan setiap enam bulan sekali.

Selanjutnya, masalah kemacetan di persimpangan juga akibat dari adanya kendaraan yang berhenti di badan jalan kaki persimpangan. Kemudian ditambah lagi dengan jalan akses pada persimpangan.

Untuk hadapi ini, Harnen menilai perlunya pelebaran jalan di titik tersebut. Namun jika ditelisik lebih mendalam, kemungkinan solusi ini sangat kecil. Hal ini karena keterbatasan lahan yang bisa dijadikan perluasan jalan.

Selain itu, Harnen mengutarakan, perubahan jalur dua arah menjadi satu arah bisa dilakukan untuk menekan kemacetan di Kota Malang. Mengenai hal ini, Harnen tak menampik, Pemerintah Kota (Pemkot) Malang telah memberlakukan hal ini di beberapa titik. Namun sayangnya solusi ini sempat mendatangkan demo dari sejumlah pihak hingga pintu jalan harus ditutup.

"Saya rasa itu terjadi karena perencanannya kurang menyeluruh. Itu perlu melibatkan masyarakat," tegasnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement