Kamis 05 Apr 2018 05:01 WIB

Jelita Sejuba, Bukti Ketegaran Perempuan Natuna

Film ini menegaskan di balik pria hebat ada sosok perempuan dahsyat.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Indira Rezkisari
Film Jelita Sejuba
Foto: dok Drelin Amagra Pictures
Film Jelita Sejuba

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sharifah (Putri Marino) selalu kalut setiap kali suaminya, tentara bernama Jaka (Wafda Saidan Lubis), pamit bertugas membela negara. Setiap perpisahan bisa menjadi pertemuan mereka yang terakhir.

Namun, perempuan yang berasal dari pesisir Sejuba di Kepulauan Natuna itu tak pernah menampakkan kegalauannya. Selalu ada senyum untuk Jaka dan kalimat tegar bahwa ia akan baik-baik saja menanti di rumah.

Keteguhan hati sang istri tentara menjadi tema utama Jelita Sejuba (Mencintai Kesatria Negara). Keharuan dan sisi humanis kehidupan para tentara menjadi topik utama film layar lebar pertama besutan Drelin Amagra Pictures itu.

Sinema drama arahan sutradara Ray Nayoan itu juga menyisipkan unsur komedi melalui penokohan atau dialognya. Ada beberapa tokoh pencetus tawa yang mengimbangi rasa haru selama penonton menyaksikan film.

Durasi 105 menit film dimulai dengan perjumpaan awal Jaka dan Sharifah di Sejuba yang diwarnai tawa. Banyak kejadian lucu sejak keduanya mulai berkenalan, dekat, hingga menjadi pasangan suami istri.

Film turut dibintangi Nena Rosier, Yukio, Aldi Maldini, Yayu Unru, Abigail, Mutiara Sofya, dan aktor lokal Natuna Harlan Kasman. Meski mayoritas adalah pemeran dari ibu kota, mereka cukup fasih berbahasa Melayu dalam film.

Segi visual Jelita Sejuba juga patut diapresiasi. Keindahan pesisir Sejuba amat dieksplorasi, dengan pemandangan laut berwarna biru kehijau-hijauan, bongkahan karang besar, dan semburat jingga garis cakrawala.

Film untuk penonton 13 tahun ke atas ini memberi kesempatan mengenal lebih jauh kehidupan para tentara. Ada pesan utama bahwa di balik sosok pria hebat, selalu ada perempuan dahsyat yang setia mendukungnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement