REPUBLIKA.CO.ID, KHARTOUM -- Delegasi Mesir dan Ethiopia pada Rabu (4/4) tiba di Ibu Kota Sudan, Khartoum, untuk menghadiri pertemuan tiga-pihak berkaitan dengan Bendungan Besar Renaissance Ethiopia (GERD).
Menteri Luar Negeri Sudan Ibrahim Ghandour dan Menteri Sumber Daya Air dan Listrik Sudan Mutaz Mussa menerima delegasi Mesir dan Ethiopia yang akan ikut dalam pertemuan tersebut. Delegasi Mesir meliputi Menteri Luar Negeri Sameh Shoukry, Menteri Sumber Daya Air dan Irigasi Mohamed Abdel Atti dan Penjabat Kepala Dinas Intelijen Umum Abbas Mustafa Kamel.
Sementara itu delegasi Ethiopia terdiri atas Menteri Urusan Luar Negeri Workneh Gebeyehu, Menteri Urusan Air, Irigasi dan Listrik Sileshi Bekele dan Wakil Kepala Intelijen dan Keamanan. Pertemuan tersebut dijadwalkan mengkaji cara memanfaatkan sumber air dan membuat GERD sebagai sarana pembangunan di ketiga negara itu dan bukan sumber konflik serta perbedaan.
Pertemuan tersebut diselenggarakan berdasarkan keputusan dalam pertemuan puncak belum lama ini, antara pemimpin Sudan, Ethiopia, dan Mesir di Ibu Kota Ethiopia, Addis Ababa, pada penghujung Januari. Babak terakhir pembicaraan antara ketiga negara itu mengenai bendungan Nil berakhir pada November lalu tanpa mencapai kesepakatan mengenai laporan teknis yang disiapkan oleh Perusahaan Prancis, BRL dan Artelia mengenai bendungan tersebut.
Pada Desember 2017, Mesir mengusulkan agar pihak Ethiopia melibatkan Bank Dunia sebagai pihak netral dalam kegiatan komite teknis tiga-pihak, tapi Ethiopia menolak usul Mesir itu. Mesir khawatir pembangunan bendungan tersebut akan mempengaruhi bagian air Sungai Nilnya, sedangkan Ethiopia kembali menyatakan bendungan itu sangat mungkin membawa perubahan kesejahteraan negeri tersebut, terutama dalam bidang listrik. GERD, daerah dengan luas 1.800 kilometer persegi, direncanakan selesai dalam tiga tahun dengan biaya 4,7 miliar dolar AS.