Kamis 05 Apr 2018 14:52 WIB

Mengenal Jabir ibn Aflah, Astronom Muslim dari Sevilla

Dalam Islah al-Majisti, Jabir ibn Aflah melakukan kritik terhadap teori Ptolemeus.

Ilmuwan Muslim berhasil memberikan penemuan yang sangat bermanfaat bagi kehidupan penerus saat ini.
Foto: Photobucket.com/ca
Ilmuwan Muslim berhasil memberikan penemuan yang sangat bermanfaat bagi kehidupan penerus saat ini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Ilmu pengetahuan berkembang pesat di Sevilla, Spanyol. Termasuk astronomi. Tak heran jika muncul sejumlah astronom yang juga melahirkan sejumlah karya. Mereka juga memberikan pengaruhnya pada perkembangan astronomi.

Misalnya, nama Abu Muhammad Jabir ibn Aflah, seorang astronom yang membuahkan sejumlah karya fenomenal. Muncul nama lain, Al Bitruji. Juga, ada nama Muhammad ibn Fattuh al-Khamairi, seorang astronom yang dikenal pula piawai menciptakan peralatan astronomi.

Abu Muhammad Jabir ibn Aflah

Jabir ibn Aflah merupakan seorang astronom Muslim yang juga menguasai bidang lainnya, matematika. Ia lahir di Sevilla dan meninggal dunia di pertengahan abad ke-12. Sejumlah karya muncul dari pemikirannya, di antaranya Kitab al-Haia atau Correction of the Almagest.

Karya lainnya, Islah al-Majisti yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Gherardo Cremonese, berjudul Gebri filii Affla Hispalensis de Astronomia Libri IX in Quibus Ptolemaeum, Alioqui Doctissimum, Emendavit.

Terjemahan karya ini dipublikasikan oleh Peter Apian di Nurnberg pada 1534, bersamaan dengan kitab lainnya yang berjudul Instrumentum Primi Mobilis. Karya Jabir ibn Aflah juga diterjemahkan ke dalam bahasa Ibrani oleh Moses ibn Tibbon pada 1274.

Kemudian, diterjemahkan pula oleh Jacob ben Mahir pada pertengahan abad ke-13. Penerjemahan ini juga dilanjutkan oleh Samuel ben Judah dan selesai pada 1335. Dalam Islah al-Majisti, Jabir ibn Aflah melakukan kritik terhadap teori Ptolemeus tentang planet.

Menurut Jabir ibn Aflah, planet-planet yang lebih rendah, seperti Merkurius dan Venus tak bisa dilihat dalam posisi terbalik. Seorang ilmuwan, George Sarton, yang menyatakan Jabir ibn Aflah melakukan kritik terhadap teori Ptolemeus, sayang tak mengajukan teori lebih baik.

Namun, sejumlah ilmuwan lain menyatakan, kritik Sarton terhadap Jabir ibn Aflah yang dianggap tak mampu mengajukan teori yang lebih baik, karena Sarton dinilai tak menangkap paparan utama yang dilakukan Jabir dalam bukunya tersebut.

Justru, melalui kritiknya terhadap teori yang diajukan Ptolemeus dan mengajukan argumennya, Jabir ibn Aflah telah menjadi fondasi bagi para astronom pada masa selanjutnya dan menjadi pijakan dalam perkembangan astronomi modern.

Di sisi lain, Jabir juga dikenal sebagai orang yang pertama kali merancang sebuah bidang portabel, yang digunakan untuk mengukur dan menjelaskan tentang pergerakan objek-objek yang ada di angkasa. Alat yang ia rancang itu disebut turquet.

sumber : Islam Digest Republika
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement