Kamis 05 Apr 2018 15:29 WIB

Menperin: Pemerintah tak Turunkan Harga Jual Garam Rakyat

Industri diminta untuk menyerap garam lokal, walau lebih mahal.

Rep: Halimatus Sa'diyah/ Red: Teguh Firmansyah
Negara agraris pengimpor garam
Foto: republika
Negara agraris pengimpor garam

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyatakan pemerintah tidak berniat untuk menurunkan harga garam rakyat, alias garam yang diproduksi petambak lokal. Meskipun, saat ini ada disparitas harga yang tinggi antara garam lokal dengan garam impor.

"Ya biar saja rakyat (petani garam) dapat harga tinggi. Itu bagus," ujar Airlangga, usai menyaksikan penandatangan nota kesepahaman penyerapan garam oleh industri di kantor Kementerian Perindustrian, Kamis (5/4).

Berdasarkan catatan Asosiasi Industri Pengguna Garam (AIPGI), garam lokal saat ini dihargai Rp 3 juta per ton. Sementara, harga garam impor hanya sekitar Rp 600 ribu per ton.

Meski harga garam lokal jauh lebih mahal, Airlangga mengatakan, pemerintah telah meminta industri pengolahan garam untuk membeli semua produksi dalam negeri. "Kita minta industri untuk menyerap. Jadi, jangan turunkan harga yang rakyat dapatkan."

 

Baca juga, 27 Perusahaan Dapat Rekomendasi Impor Garam.

 

Selain soal disparitas harga, perbedaan kualitas antara garam lokal dengan garam impor juga menjadi isu tersendiri. Seperti diketahui, kualitas garam lokal di Indonesia saat ini belum dapat memenuhi standar kualitas yang dibutuhkan industri. Karena itu, sebagian besar kebutuhan garam industri hingga kini masih bergantung pada impor.

Terkait hal tersebut, Airlangga mengatakan, pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan telah menjalankan program pembinaan teknis yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas garam rakyat.

Berbicara terpisah, Direktur Industri Kimia Hulu Muhammad Khayam mengatakan pihaknya juga tengah menyiapkan program bantuan peralatan yang akan diberikan pada kelompok petambak garam. "Dengan bantuan peralatan itu, kualitas garam yang dihasilkan bisa meningkat," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement