REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Gempa berkekuatan 6,3 skala Richter (SR) mengguncang dataran tinggi Papua Nugini pada Sabtu (7/4). Survei Geologi AS (USGS) mengatakan kawasan itu masih berjuang untuk pulih dari gempa berkekuatan 7,5 skala Richter yang terjadi dua bulan lalu.
Tidak ada laporan langsung tentang kerusakan atau korban luka. Menurut USGS, gempa berpusat di 82 km barat daya Porgera di provinsi Enga dengan kedalaman 47 km.
Gempa yang terjadi dua bulan lalu menghantam daerah dataran tinggi yang sama. Gempa ini menewaskan 125 orang dan menyebabkan ratusan ribu orang kehilangan tempat tinggal.
Gempa juga merusak pertambangan dan infrastruktur listrik dan menyebabkan ExxonMobil Corp untuk menutup pabrik gas alam cair (LNG) senilai 19 miliar dolar AS. Penambang Barrick Gold Corp dan Ok Tedi Mining juga melaporkan kerusakan infrastruktur.
Gempa yang terjadi Februari ini menyebabkan tanah longsor. Akibatnya banyak rumah tertimbun dan jalannan terputus. PBB memperkirakan sekitar 270 ribu orang membutuhkan bantuan segera dan 43.116 orang tetap terlantar di 44 lokasi dan pusat perawatan.
PBB menarik pekerja bantuannya hanya dua hari sebelum gempa terakhir akibat kekerasan dari warga. Mereka berjanji untuk kembali setelah situasi aman.
Gempa biasa terjadi di Papua Nugini, yang terletak di "Cincin Api" Pasifik.