Ahad 08 Apr 2018 01:43 WIB

Turki akan Deportasi 600 Imigran Afganistan

Pemulangan dilakukan pada akhir pekan ini.

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Israr Itah
Imigran Afganistan (ilustrasi).
Foto: EPA-EFE/GHULAMULLAH HABIBI
Imigran Afganistan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Pemerintah Tuki akan memulangkan sekitar 600 imigran Afganistan di timur Turki ke Kabul. Pemulangan dilakukan pada akhir pekan ini.

Kementerian Dalam Negeri Turki menyampaikan, para imigran asal Afganistan itu menyeberang ke Turki akibat peningkatan aksi teror dan kondisi ekonomi yang kian sulit di sana. Pihak keamanan telah menyerahkan para imigran itu ke otoritas imigrasi Turki, demikian dilansir Reuters, Sabtu (7/4).

Prosedur deportasi terhadap 591 imigran Afghanistan di Provinsi Erzurum sudah rampung. Penerbangan sewa ke Kabul sudah disiapkan untuk bertolak pada Sabtu dan Ahad pekan ini.

"Untuk melengkapi prosedur deportasi terhadap imigran ilegal di provinsi lain, deportasi akan kami percepat dalam beberapa hari ke depan," ungkap Kementerian Dalam Negeri Turki dalam pernyataan resminya.

LSM HAM di Turki mengkritisi deportasi para imigran ke negeri yang masih berkonflik seperti Afganistan. Menurut para aktivis, itu sama saja membuat hidup para imigran dalam bahaya.

Pekan ini, surat kabar Hurriyet melaporkan beberapa ribu imigran Afghanistan menyeberang ke Turki dalam beberapa bulan terakhir ini. Mereka berjalan kaki selama berhari-hari untuk dapat sampai ke Erzurum.

Afganistan diporak-porandakan oleh serangan teror sepanjang 2018 ini. Pemerintah setempat berjanji untuk memperketat situasi keamanan terutas setelah serangan terjadi di Kabul dan menewaskan sekitar 100 orang pada Januari lalu.

Serangan ini menurunkan dukungan terhadap Presiden Afghanistan Ashraf Ghani yang menyatakan akan bicara dengan Taliban akibat peningkatan ketegangan di sana. Sejauh ini pula, Taliban tak menujukkan respons berarti soal keinginan bicara dengan pemerintah yang mereka anggap disokong Barat dan mereka anggap tidak sah. Meski begitu, mereka menawarkan pembicaraan dengan Amerika Serikat.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement