REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua DPP Partai Golkar Yahya Zaini menyatakan, partainya tetap mendukung Ketum Golkar Airlangga Hartarto mendampingi Joko Widodo (Jokowi), meski ada pertemuan antara Menko Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan dan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto. Yahya mengutarakan hal tersebut untuk merespons kemungkinan dalam pertemuan tersebut ada ajakan kepada Prabowo untuk bergabung dengan koalisi Jokowi.
Kalaupun ada ajakan seperti itu, dia mengatakan, DPP Golkar tetap mendukung Airlangga untuk maju menjadi cawapres Jokowi. "Saya sebagai ketua DPP Golkar tetap mendukung Pak Airlangga menjadi cawapres untuk Pak Jokowi,” kata dia, Ahad (8/4).
Yahya mengungkapkan dua alasan mendukung Airlangga mendampingi Jokowi. Pertama, Airlangga merupakan ketua umum partai. Kedua, Airlangga menjabat menteri perindustrian dalam Kabinet Kerja Jokowi-Jusuf Kalla.
“Pak Airlangga juga seorang menteri yang telah terbangun chemistry-nya dalam menyukseskan program-program Pak Jokowi," ujar dia.
Yahya Zaini. (Republika/Prayogi)
Yahya mengaku tidak mengetahui apa isi pembicaraan antara Luhut dan Prabowo. Lebih lanjut, Yahya mengatakan pertemuan Prabowo dan Luhut kemungkinan berkaitan dengan tahun politik 2018 untuk menghadapi Pilpres 2019.
Pertemuan tersebut, menurutnya memang penting mengingat Luhut dikenal dekat dengan Jokowi. Dia menambahkan, komunikasi antara Luhut dan Prabowo itu dapat lebih mencairkan hubungan antara pihak Jokowi dan Prabowo sebagai dua tokoh yang paling memungkinkan saling berhadapan di Pilpres 2019.
"Pertemuan tokoh ini penting, apalagi dalam tahun-tahun politik seperti sekarang ini. Kalau melihat momentumnya pasti berkaitan dengan tahun politik ini kan. Walaupun saya tidak tahu persis isi pertemuannya, tetapi secara fenomena bisa ditafsirkan begitu," kata dia.
Prabowo dan Luhut diam-diam bertemu di salah satu restoran di Jakarta, pada Jumat (6/4) lalu. Ketua DPP Partai Gerindra Sufmi Dasco membenarkan pertemuan tersebut.
"Pertemuan itu betul, bisa saja silaturahmi biasa kan. Namanya kenal sudah lama, satu mantan komandan, yang keduanya bekas teman bisnis," jelas Sufmi.
Baca Juga: Golkar Perjuangkan Airlangga Jadi Pendamping Jokowi