Ahad 08 Apr 2018 15:23 WIB

Kebocoran Facebook di Indonesia Belum Tentu Disalahgunakan

Pakar melihat jumlah yang bocor di sini mungkin terkait dengan data bocor di AS.

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Indira Rezkisari
Jutaan data dari akun Facebook disalahgunakan oleh Cambridge Analytica
Foto: Reuters/Dado Ruvic
Jutaan data dari akun Facebook disalahgunakan oleh Cambridge Analytica

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar IT Ruby Alamsyah mengatakan kebocoran data akun facebook (Fb) yang digunakan masyarakat Indonesia sangat kecil kemungkinannya digunakan untuk kampanye dalam pemilhan umum 2018 dan 2019. Sebab data akun pengguna yang disebut bocor di Indonesia jumlahnya terbilang sangat kecil, hanya 1,3 juta akun.

Ruby menjelaskan, data yang dicuri oleh Cambridge Analytica yang mencapai 87 juta, mayoritasnya adalah milik warga Amerika Serikat. Data ini dipakai untuk menyebarkan berbagai konten dalam pemilihan presiden Amerika Serikat yang lalu, yang menghasilkan terpilihnya Donald Trump sebagai presiden yang baru.

Namun, kaitannya dengan data pengguna dari Indonesia sebenarnya belum tentu terhubung. Bisa saja data satu juta akun itu adalah mereka yang memiliki hubungan dengan warga Amerika Serikat yang datanya dicuri. Sehingga data milik orang Indonesia ini seperti data 'sampah' yang terambil. Hal tersebut telihat dari data pengguna dari beberapa negara lain seperti Filipina yang sekitar satu juta, Inggris juga hanya satu juga, kemudian Australia hanya beberapa ratus ribu akun.

"Analisa saya yang satu jutaan (akun) ini adalah koneksi orang (Amerika) yang memiliki teman di Indonesia, Filipina, Australia dan di mana-mana. Jadi sebenarnya belum tentu data satu juta ini akan disalahgunakan," kata Ruby, Ahad (8/4).

Dia menganalisa dengan data satu juta ini sangat kecil untuk kampanye politik yang membutuhkan data besar di mana jumlah penduduk Indonesia mencapai 250 juta orang. Satu juta ini hanya bisa digunakan untuk kampanye daerah kecil semacam Kabupaten atau Kota yang daerahnya pun terbilang sedikit penduduk.

Menurutnya, konsultan publik yang biasa digunakan untuk mengkampanyekan seseorang pun akan kesulitan dengan data yang kecil ini. Sehingga jika banyak pihak menganggap bahwa kebocoran ini akan berimbas pada Pilkada Serentak atau Pilpres nampaknya akan sulit dijalankan.

"Kalau hal ini jauh lah untuk dipikirkan akan (mengganggu) Pilkada 2018 atau Pemilu 2019. Sebab substansinya juga belum tentu ke sana semua," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement