REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Islam tidak pernah memainkan peranan strategis di Republik Afrika Tengah, tapi juga tidak pernah menjadi sumber konflik.
Minoritas Muslim berasal dari migrasi suku-suku Islam yang datang dari daerah tetangga. Kini jumlah umat Islam di negara ini hanya sekitar 15 persen, jumlah yang sangat kecil.
Keberadaan mereka semakin terancam, karena konflik lahan emas dan minyak bumi yang diperebutkan. Permusuhan antara Muslim Sudan utara dan Kristen selatan terus terjadi.
Bangui, ibu kota negara seukuran Texas, telah menjadi kota hantu. Hampir semua penduduknya menempati bandara terdekat yang dilindungi oleh pasukan Prancis. Satu titik terang di tengah-tengah pertumpahan darah adalah upaya bersama oleh Uskup Agung Katolik Bangui, Dieudonne Nzapalainga, dan Mufti Besar Islam di C.A.R., Oumar Kobine Layama, untuk mengakhiri kekerasan sektarian.
Mereka berupaya mewujudkan dialog antarkeyakinan dan multikulturalisme.Targetnya adalah mewujudkan toleransi dan menghidupkan kebersamaan, sehingga bersinergi mewujudkan pembangunan.