REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Pihak berwenang di Australia masih melarang ekpsor 65 ribu ekor domba ke Timur Tengah. Pelarangan tersebut karena kondisi kapal yang digunakan dianggap tidak layak, dan pihak yang mengekspor harus melakukan perbaikan sebelum kapal diijinkan berlayar.
Petugas dari Otoritas Keamanan Martim Australia (AMSA) melakukan pengecekan selama beberapa jam terhadap kapal Awassi Express yang sedang bersandar di pelabuhan Fremantle Australia Barat hari Minggu (8/4). "AMSA sudah memberitahu kapten kapal dan pemilik kapal bahwa mereka harus meminta pihak ketiga mengecek sistem perputaran udara di dalam kapal yang memenuh peraturan sehingga Sertifikat Kapal Membawa Ternak bisa dikeluarkan." kata pernyataan AMSA.
Untuk membawa ternak hidup, sebuah kapal harus memiliki sertifikat untuk itu. Kapal ini yang digunakan oleh perusahaan Emanuel Exports adalah kapal yang sama dimana 2400 domba mati dalam pelayaran ke Timur Tengah bulan Agustus lalu.
Photo: Kapal Awassi Express yang masih bersandar di Fremantle. (ABC News: Nicolas Perpitch)
Departemen Pertanian Australia menyelidiki insiden tersebut namun kemudian pemberitaan dipusatkan pada ternak yang diperlakukan buruk setelah munculnya rekaman. Gambar yang ditayangkan oleh jaringan televisi Australia Channel Nine hari Minggu lama menunjukkan ratusan domba yang berdesakkan di ruangan yang sempit, pekerja yang melempar domba yang sudah mati, dan kandang yang penuh berisi kotoran dimana beberapa domba mati atau tampak pingsan.
Masih belum jelas apa yang terjadi dengan domba tersebut dan juga 250 rencana pengiriman yang akan dilakukan Emanuel Exports ke Kuwait, Uni Emirat Arab, Oman dan Qatar dalam beberapa hari mendatang. Emanuel Exports juga bertanggung jawab atas pengapalan bulan Juli 2016 dimana sekitar 3 ribu domba tewas karena kepanasan dalam perjalanan ke Timur Tengah.
Petugas kesejahteraan hewan akan melakukan pengecekan lagi
Direktur Emanuel Exports Nicholas Daws telah meminta maaf kepada para peternak setelah rekaman di atas kapal disiarkan. "Kegagalan penanganan menyebabkan banyak doma yang mati seperti yang kita lihat dari rekaman pengapalan bulan Agustus 2017 di atas kapal Awassi Express, dimana 2400 domba mati, sangat memilukan bagi perusahaan, dan juga peternak," katanya dalam pernyataan.
Daws mengatakan perusahaannya sudah membuat perubahan sejak pengapalan, dan akan menerapkan aturan tambahan yang diharuskann oleh Departemen Pertanian sebelum kapal bisa diberangkatkan minggu ini.
"Kondisi ini termasuk pengurangan muatan sebanyak 17,5 persen dibandingkan standar yang ada, dan juga kehadiran petugas Federal, selain juga dokter hewan dari pemerintah, seperti yang selama ini sudah dibutuhkan dalam setiap perjalanan ke Teluk," katanya.
"Kami juga setuju untuk mempekerjakan petugas tambahan bagi pengapalan dan akan mengubah jadwal sehingga Kuwait akan menjadi pelabuhan pertama, dan bukannya Qatar."
"Kapal ini akan menurunkan sekitar 24 ribu domba di Kuwait sekitar 14 hari setelah berangkat dari Fremantle, dan kemudian menurunkan sisanya 33 ribu domba di Qatar tiga hari kemudian."