Senin 09 Apr 2018 15:30 WIB
Suprajarto, Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk

Memperkuat Jangkauan Hingga Pelosok

Perubahan itu sesuatu yang harus dilakukan.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Agus Yulianto
Direktur Utama BRI Suprajarto saat diwawancarai Republika, Jakarta, Jumat (6/4).
Foto: Republika/Prayogi
Direktur Utama BRI Suprajarto saat diwawancarai Republika, Jakarta, Jumat (6/4).

REPUBLIKA.CO.ID, Setiap tahun Republika menggelar penganugerahan Tokoh Perubahan. Mereka yang terpilih adalah sosok-sosok yang memberikan kontribusi nyata bagi bangsa dan melakukan perubahan di tengah masyarakat. Berikut adalah profil mereka (bagian 5).

Menjadi bankir bukanlah cita-cita masa kecil Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Suprajarto. Sejak kecil, ia berkeinginan menjadi birokrat, sesuai dengan figur sang ayah. Ayahnya menjabat sebagai kepala Biro Pemerintahan Desa di lingkungan Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Suprajarto menjadikan figur ayahnya sebagai panutan sehingga ia pun bercita-cita menjadi pegawai di lingkungan Pemprov DIY.

Sebelum menamatkan pendidikan jenjang sarjana di Jurusan Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta, Suprajarto bahkan sudah diterima bekerja di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Sleman. Karena Bappeda baru terbentuk, para pegawainya lebih banyak mengikuti pelatihan daripada bekerja. Setelah lulus, Suprajarto mencoba melamar di instansi milik pemerintah di pusat. Dia diterima di beberapa instansi, seperti BRI, Bulog, dan Pertamina.

Setelah menimbang, Suprajarto memutuskan masuk ke BRI karena bank tertua itu yang pertama kali memanggil untuk penandatangan perjanjian kerja. Suprajarto meminta restu orang tuanya untuk bekerja di perantauan. Dia meminta izin kepada ayahnya untuk berhenti dari Bappeda Sleman. "Saya resign Desember 1983. April itu saya harusnya jadi camat di salah satu kecamatan di Yogyakarta, makanya Bapak marah. Tapi, ya, sudahlah. Saya pikir kalau di Yogyakarta terus tidak akan maju," kata Suprajarto kepada Republika di kantor pusat BRI, Jakarta, Jumat (6/4).

Suprajarto sempat kecewa saat awal-awal bekerja di BRI karena ditempatkan di hutan belantara Kalimantan. Baru beberapa pekan, suami Jenny Rachman itu sudah ingin pulang ke Yogyakarta.

Uniknya, waktu mengajukan resign, Suprajarto ditawari bisa kembali bekerja di Bappeda Sleman sekiranya tidak betah bekerja di kantor yang baru. Tawaran tersebut terus terbayang saat penempatan di hutan belantara Kalimantan.

Dua bulan pertama di Kalimantan, dia merasa tidak betah. Namun, Suprajarto akhirnya bisa beradaptasi dengan lingkungan kerjanya. Dia juga sempat gelisah karena saat itu belum dikeluarkan secara resmi dari Bappeda Sleman. "Mungkin Tuhan berkehendak lain. Jadi, ya, ujungnya sampai sekarang di BRI," tutur pria kelahiran Yogyakarta, tahun 1956, tersebut.

Suprajarto menjadi pegawai operasional sampai dengan 2005 ketika ditugaskan menjadi sekretaris perusahaan BRI. Pada 2006, dia diberikan amanah menjadi pimpinan wilayah BRI Jakarta selama setahun. Pada 2007, dia menjabat sebagai direktur jaringan dan servis sampai 2015.

Siapa sangka setelah itu Suprajarto harus meninggalkan BRI. Dia mendapatkan amanah di salah satu bank pelat merah lainnya. Pada 2015, dia ditugaskan menjadi wakil direktur Utama di PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Dua tahun menjabat, Suprajarto harus kembali lagi ke BRI. Saat itu, masa jabatan Asmawi Syam sebagai direktur utama BRI telah habis karena memasuki masa pensiun. Suprajarto kemudian diangkat sebagai direktur utama BRI pada Maret 2017.

"Banyak hal yang saya dapatkan di BNI dan banyak hal juga yang saya lakukan di sana. Sampai-sampai ada yang nulis BNI mau di BRI-kan. Saya kan di satu tempat harus bisa memberikan yang terbaik, membuat sesuatu menjadi lebih baik," ungkap alumnus Magister Marketing Management dan Doktoral Business Management Uni versitas Padjadjaran tersebut.

Menurut Suprajarto, perubahan itu sesuatu yang harus dilakukan. Sebab, tanpa perubahan, kita tidak akan pernah mendapatkan yang lebih baik. "Oleh karena itu, kita harus berubah terus, termasuk di dalamnya, dari zona nyaman harus keluar ke zona yang sesungguhnya harus kita lakukan," katanya.

Suprajarto mengaku, sudah melakukan beberapa transformasi di BRI, yang terdiri atas lima pilar. Kelimanya yakni mendorong segmen mikro, retail, konsumer, korporasi, dan anak usaha. Segmen mikro merupa kan core business BRI. Tahun 2022, porsi mikro dan UKM mencapai 80 persen, sisanya 20 persen di korporasi.

BRI juga sempat mengundang konsultan untuk membenahi anak usaha. Nantinya anak usaha akan dijadikan satu perusahaan yang mampu memberikan kontribusi besar bagi induk. BRI mulai melakukan standardisasi di bidang teknologi informasi dan sumber daya manusia (SDM).

Pada medio 2017, BRI juga meluncurkan corporate culture baru yang memuat lima pilar. Selain budaya kerja, BRI juga memperbaiki sistem pola penggajian untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan. "Untuk menduduki jabatan tertentu, dulu mungkin orang perlu lebih dari 15 tahun, sekarang kurang dari lima tahun. Assessment juga sudah menjadi hal yang harus dilalui. Jika dulu memilih orang berdasarkan suka tidak suka, maka sekarang melalui assessment," ujar Suprajarto.

Suprajarto juga menyadari pentingnya pelatihan bagi karyawannya. Oleh karena itu, dia memberangkatkan karyawan untuk belajar dan studi banding hingga ke luar negeri. Tujuannya untuk mempelajari bank-bank paling efisien di dunia dan yang menghasilkan fee based income paling banyak.

Sebagai pucuk pimpinan BRI, Suprajarto kerap menanamkan semangat kerja kepada para karyawan. Mereka didorong agar selalu tertantang untuk menyelesaikan setiap target. "Saya selalu mengatakan, sebagai seorang manusia yang diberikan amanah dimanapun, pertama yang dilakukan adalah kita harus memberikan target untuk diri kita sendiri, target yang tidak mungkin tercapai, jangan standar. Kalau standar, biar pun tercapai, bagi saya tidak ada tantangan," katanya.

Suprajarto juga menanamkan nilai-nilai amanah kepada para karyawan. Dia menekankan agar mereka menjalani pekerjaan dengan keikhlasan karena tanpa keihlasan akan menjadi beban. Kalau sudah menjadi beban, pasti tidak akan berprestasi dan hasilnya pasti jelek. Dia juga menekankan para karyawan untuk memiliki integritas.

Salah satu momen terbesar yang dirasakan oleh Suprajarto dan insan BRI sepanjang 2016 adalah peluncuran BRIsat. Bagi Suprajarto, langkah tersebut menopang efisiensi biaya berlangganan transponder kepada satelit lain. "Hal ini juga menghadirkan perbaikan kualitas jaringan komunikasi unit kerja BRI pengguna VSAT. Itu karena ketersediaan sumber daya transponder BRIsat bagi kebutuhan BRI," ujarnya.

Titik lokasi layanan BRI yang tersebar, menurut Suprajarto, sudah bukan menjadi hambatan untuk menggelar jaringan telekomunikasi satelit di seluruh Indonesia. Titik layanan ini bisa berupa unit kerja, ATM offsite BRI, agen BRIlink di area terpencil, Teras Kapal, dan Exhibition bis Ebuzz BRI. "Dengan dukungan BRIsat, masyarakat akan semakin merasakan manfaat lebih besar dari fungsi finansial dan intermediasi BRI," katanya.

Keberadaan BRIsat telah membuat BRI dapat mengembangkan berbagai layanan baru, antara lain digital banking hingga konferensi video/audio untuk komunikasi internal BRI. "Selain itu, memperluas jangkauan jaringan kerja BRI ke daerah pelosok yang bahkan tidak terjangkau oleh jaringan seluler," ujar Suparjarto.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement