REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekjen Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Helmy Faishal Zaini menanggapi puisi Sukmawati Sukarnoputri yang menjadi kontroversial. Menurut dia, sikap memaafkan kepada pihak yang berbuat salah dan khilaf merupakan salah satu ajaran yang sangat dianjurkan dalam Islam.
Karena itu, kata dia, hendaknya menjadi landasan bagi setiap umat Islam untuk bersikap kepada mereka yang melakukan kesalahan. Memafkan adalah prinsip Islam. Jika ada pihak yang telah mengakui kesalahan dan kekhilafannya, maka kita harus berbesar hati dan memafkan yang bersangkutan, ujar Helmy kepada Republika.co.id dalam keterangan tertulisnya, Senin (9/4).
Helmy mengatakan sangat mungkin pemahaman Sukmawati terhadap makna syariat dalam puisinya tidak utuh sehingga Sukmawati menulis puisi yang berjudul Ibu Indonesia itu. Karena itu, Helmy mengajak seluruh masyarakat untuk tetap tenang dan tidak mengambil tindakan-tindakan yang justru akan semakin menambah gaduh dan juga sekaligus memperkeruh keadaan.
"Mari menyikapi persoalan ini dengan bijak dan besar hati," kata Helmy.
Terkait pihak-pihak yang melancarkan hinaan dan hujatan kepada Rais Aam PBNU sekaligus Ketua Umum MUI KH Maruf Amin, Helmy menyatakan dengan tegas sikap-sikap tersebut bukanlah akhlak yang diajarkan oleh ulama-ulama Nusantara.
Ajaran ulama sangat jelas dahulukan adab dan etika di atas ilmu. "Tindakan menghujat, apalagi sampai menyerang pribadi dan menghina ulama adalah akhlak yang sangat tidak terpuji," jelas Helmy.
Dalam pandangan Helmy, sikap KH Ma'ruf dalam memafkan Sukmawati merupakan sikap khas ulama. Menurut dia, ulama adalah mereka yang memandang umat dengan pandangan kasih sayang.
"Jika ada yang salah dan yang bersangkutan sudah minta maaf, tugas ulama dan juga bahkan tugas kita semua adalah memaafkannya," kata Helmy.