REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ustaz Muhammad Arifin Ilham
"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenik matan) duniawi." (QS al-Qashas: 77). Fokus hidup di dunia ini tidak lain mengejar kebahagiaan di akhirat dengan ibadah dan amal saleh. Hal ini bukan berarti kita melalaikan urusan dunia. Dunia tetap penting karena penentu keadaan kita di akhirat.
Dunia dalam pandangan sirah ternyata "boleh" untuk dicintai dan karenanya harus diikhtiari sehingga akan bernilai ibadah dan amal saleh. Bagaimana cara mencintai dunia? Tulisan ini menukil sebuah riwayat bagaimana di zaman keemasan Islam (khairul qarn) mereka merefleksikan kecintaannya terhadap dunia.
Adalah Rasulullah SAW dalam sebuah majelis yang dihadiri para sahabat terdekat beliau memberikan pandangannya terhadap dunia. "Saya dicintakan dengan dunia kalian pada tiga hal. Pertama, wewangian; kedua, perempuan salehah; dan ketiga, menitikkan air mata dalam keadaan shalat."
Rasul seakan memberikan sebuah isyarat ketika selesai menyampaikan pandangannya. Maka yang pertama memberikan pandangan adalah saha bat Abu Bakar as-Shiddiq. Sahut beliau, "Benar engkau, ya Rasulullah. Aku pun dicintakan dengan dunia karena tiga hal. Pertama, saat aku lihat wajah indahmu, ya Rasulullah. Kedua, saat aku berikan seluruh hartaku di jalan juangmu. Dan ketiga, ketika aku serahkan anak kesayanganku (Aisyah ar-Ridha) ke pangkuanmu."
Selesai Abu Bakar memberikan pandangannya terhadap dunia, giliran Umar bin Khattab menyampaikan opininya. "Engkau benar, Abu Bakar. Aku pun dicintakan dengan dunia pada tiga hal. Pertama, saat aku memerintahkan orang untuk berbuat baik. Kedua, ketika aku mencegah yang munkar. Dan ketiga, saat aku mengenakan baju (halaq) yang penuh tambalan. "Giliran Utsman bin Affan memberi tanggapan atas kecenderungannya terhadap dunia. "Benar, ya Umar. Aku pun dicintakan dengan dunia pada tiga hal: membagi baju pada orang yang telanjang, memberi makan orang lapar, dan saat shalat aku khatamkan Alquran."
Kini, giliran Ali bin Abi Thalib menyampaikan pandangannya. "Benar engkau, ya Utsman. Aku pun dicintakan dengan dunia pada tiga hal. Pertama, saat aku berkhidmat pada kaum yang lemah. Kedua, pada saat aku berpuasa pada musim panas. Dan ketiga, ketika aku menghunus pedang di jalan Allah. "Masya Allah, tabarakallah. Beginilah cara mencintai dunia orang-orang mulia yang karenanya dimuliakan Allah. Jika kecintaan dunia kita seperti mereka, tentu kebahagiaan akhirat bukan sesuatu yang utopis, karena sarat ibadah dan amal saleh. Selamat mencintai dunia seperti cintanya generasi sahabat. Wallahualam.