Senin 09 Apr 2018 17:08 WIB

AS Bantah Serang Pangkalan Udara Iran di Suriah

Militer Israel juga tak berkomentar mengenai serangan ke pangkalan udara T4 itu

Rep: Crystal Liestia Purnama/ Red: Budi Raharjo
Tidak ada sedikit pun wilayah di Douma, Suriah yang belum pernah dihantam bom.
Foto: reuters
Tidak ada sedikit pun wilayah di Douma, Suriah yang belum pernah dihantam bom.

REPUBLIKA.CO.ID,AS Bantah Lancarkan Serangan Rudal ke Pangkalan Udara di Suriah

Militer Israel juga tak segera berkomentar mengenai serangan ke pangkalan udara T4 itu.

WASHINGTON -- Sekitar 14 orang tewas dalam serangan rudal di sebuah pangkalan udara di Suriah. Amerika Serikat (AS) membantah telah melakukan serangan tersebut.

Setelah serangan udara dilaporkan, bagaimanapun, AS membantah keterlibatan dalam serangan rudal. "Pada saat ini, Departemen Pertahanan tidak melakukan serangan udara di Suriah," kata juru bicara Pentagon Christopher Sherwood dalam sebuah pernyataan, dikutip Evening Standard, Senin (9/4).

Syrian Observatory for Human Rights yang berbasis di Inggris, mengatakan sebagian besar dari 14 yang tewas adalah orang Iran atau anggota kelompok yang didukung Iran. Sementara The Syrian Arab News Agency mengatakan serangan rudal terhadap pangkalan udara militer T4 di provinsi Homs mengakibatkan sejumlah korban, tetapi tidak memberikan angka spesifik.

AS meluncurkan beberapa rudal jelajah Tomahawk ke pangkalan udara Suriah tahun lalu. Setelah serangan kimia di kota Suriah Khan Sheikhoun di Irak utara yang menewaskan puluhan orang.

Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengatakan akan ada harga besar untuk membayar setelah apa yang disebutnya serangan kimia tanpa berpikir. Dalam serangkaian cicitan di Twitter, Trump menyalahkan Rusia dan Iran, sponsor utama Presiden Suriah Bashar Assad, bertanggung jawab.

Selain itu, Israel juga menyerang Suriah dalam beberapa tahun terakhir. Namun militer Israel tidak segera berkomentar mengenai laporan-laporan Suriah tentang pangkalan udara yang diserang tersebut.

Setelah serangan gas beracun ke kota Douma, yang dikendalikan oleh satu-satunya kelompok oposisi yang tersisa itu menyerah. Pihaknya telah setuju untuk dievakuasi dan menyerahkan kekuasaannya kepada rezim Suriah. Sehingga pemerintah setuju untuk menghentikan serangannya, setelah tiga hari serangan udara dan darat tanpa pandang bulu.

"Tidak ada yang tersisa bagi warga sipil dan pejuang. Kami tidak punya apa-apa untuk segera berdiri kembali," kata Haitham Bakkar, seorang aktivis oposisi di dalam kota.

"Orang-orang sekarang pergi ke jalan mencari orang-orang yang mereka cintai di reruntuhan," kata Bakkar. "Dan kita tidak punya ruang tersisa untuk menguburnya."

Kelompok-kelompok hak asasi manusia dan para pejabat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan bahwa taktik tersebut adalah pemindahan paksa dan kejahatan perang. Dewan Keamanan PBB berencana mengadakan pertemuan darurat hari ini untuk membahas serangan kimia tersebut.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement