REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) terus melakukan program bantuan kemanusiaan bagi warga Palestina. Kini ACT melaksanakan program persediaan air bersih bagi warga Palestina di wilayah Gaza.
Menurut Direktur Global Humanity Response ACT, Bambang Triyono, persediaan air bersih di wilayah Gaza merupakan hal langka. Hampir 95 persen air di Jalur Gaza tidak layak dikonsumsi.
Hal itu karena wilayah tersebut telah terkena polusi limbah dan kadar salinitas (garam) yang tinggi. Ini mendorong ACT untuk menginisiasi program penyediaan air bersih bagi warga Palestina di wilayah Gaza.
Bambang mengatakan, pada 2015, ACT mulai membangun waterwell (sumur air) yang dibangun lengkap dengan instalasinya di Jabalia Utara. Menurutnya, sumur tersebut dilengkapi dengan gardu air dan mesin pompa yang besar. Dirancang oleh insinyur-insinyur lokal di Gaza, waterwell ACT diresmikan pada awal 2016.
Untuk pendistribusian air bersih tersebut, pada tahun yang sama ACT kemudian menginisiasi mobil water tank yang berkapasitas sebanyak tujuh ribu liter dalam satu tangki. Bambang menuturkan, pendistribusian air bersih dilakukan setiap harinya dalam sepekan.
Dalam sehari, water tank bisa melakukan pengisian ulang hingga tiga kali. Sehingga, kata dia, ada sebanyak 21 ribu liter air dalam sehari yang didistribusikan ke titik-titik ramai penduduk di sepanjang Jalur Gaza.
Namun demikian, satu water tank saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan air bersih warga Gaza. Bambang mengatakan, pengoperasian satu water tank hanya baru bisa menjangkau penduduk di Gaza Utara.
Sementara Gaza Selatan sangat jarang disuplai air bersih. Sehingga persediaan air bersih juga menjadi permasalahan di sana. Oleh karena itulah pada 2017, Bambang menuturkan ACT membuat lagi satu water tank, yang diresmikan oleh Menteri Sosial Palestina pada Maret lalu.
"ACT menambah jumlah armada truk pengantar air 'mobile water tank'. Sekarang kita punya dua water tank truck, yang keduanya berkapasitas tujuh ribu liter dan operasionalnya dilakukan di Gaza Utara dan Gaza Selatan," kata Bambang kepada Republika.co.id di Jakarta, Senin (9/4).
Bambang mengatakan, penyaluran air bersih tersebut menjangkau pemukiman, sekolah, klinik, dan masjid. Untuk pemukiman, ia mengatakan ACT mengutamakan rumah-rumah keluarga para mujahid Palestina. Menurutnya, total ada sebanyak 180 destinasi setiap harinya yang mendapat suplai air melalui water tank tersebut.
Selain penyediaan air bersih, ACT juga telah melaksanakan beberapa program lainnya di Gaza. Di bidang kesehatan, ACT telah melakukan sejumlah program di antaranya pemberian ambulans, peralatan medis, kursi roda, hingga bantuan persalinan untuk kaum hawa di Gaza.
Saat ini, dari 15 rumah sakit yang ada di wilayah Gaza, terdapat delapan rumah sakit yang masih dibantu ACT. Penurunan jumlah rumah sakit itu disebabkan karena kementerian kesehatan Palestina telah mendapatkan donor dari beberapa negara di Timur Tengah.
"Kita dukung untuk tiga kali makan pasien dalam sehari. Dan ini polanya berbeda dengan dapur umum reguler. Untuk rumah sakit, kita lebih mendukung untuk logistiknya," lanjutnya.
Di samping itu, ia mengatakan ada program Humanity Card, yaitu berupa kartu kecil seukuran KTP yang berisi saldo seperti ATM guna dibelanjakan penerima manfaat pada beberapa minimarket mitra ACT di Gaza Tengah dan Khan Younis. Menurutnya, ada sekitar seribu kepala keluarga (KK) penerima Humanity Card reguler di wilayah Gaza.
Dengan kartu itu, mereka bisa mendapatkan paket pangan setiap bulan, seperti sembako, susu, sayur mayur, dan kebutuhan pangan lainnya. Baru-baru ini, ACT menyalurkan sebanyak 2.000 ton beras ke wilayah Gaza, yang diangkut melalui Kapal Kemanusiaan Palestina (KKP).
Ke depan, Bambang mengatakan ACT akan mengembangkan proyek agrikultur di Gaza. Saat ini, menurutnya, ACT tengah melakukan penjajakan dengan mitra lokal terkait seberapa besar peluang untuk menciptakan proyek tersebut di Gaza.
"Ke depan, ACT akan mengembangkan program reguler di bidang pertanian atau peternakan di Gaza," tambahnya.