REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ahmad Rifai
Selain tubuh, hati kita juga bisa terjangkit penyakit. Penyakit hati jauh lebih berbahaya. Sebab, efek yang ditimbulkannya tidak saja dirasakan di dunia, tetapi berlanjut hingga di akhirat. Salah satu penyakit yang sangat berbahaya itu adalah hasad. Hasad adalah faktor utama tumbuh suburnya kebencian. Dari kebencian itulah akan muncul beragam tindak kezaliman yang sulit dibendung.
Sejarah telah membuktikan hal itu. Pembunuhan pertama kali terjadi dipicu oleh hasad. Qobil membunuh saudara kandungnya karena hasad. Hal yang sama juga terjadi pada Nabi Yusuf. Ia dijerumuskan saudaranya ke dalam sumur juga karena hasad.
Itulah sebabnya Rasulullah memperingatkan umatnya dari bahaya penyakit ini. Beliau bersabda, "Janganlah kalian saling hasad. Jadilah kalian bersaudara sebagaimana yang telah diperintahkan oleh Allah." (HR Muslim).
Apakah sesungguhnya hasad itu? Hasad adalah kebencian pada orang lain disebabkan kebaikan yang ada pada dirinya. Alhasil pikiran orang yang terserang hasad dikuasai oleh keinginan menghilangkan kebaikan yang ada pada orang lain.
Ibnul Qayyim rahimahullah: "Hasad (membuat si penderita) benci kepada nikmat Allah Azza wa Jalla atas hamba-Nya, padahal Allah Azza wa Jalla menginginkan nikmat tersebut untuknya. Hasad juga membuatnya senang dengan hilangnya nikmat tersebut dari saudaranya, padahal Allah benci jika nikmat itu hilang dari saudaranya." (al-Fawaid, hlm 157).
Meski sangat berbahaya, bukan berarti tidak bisa diatasi. Islam telah menyediakan resep andal dalam menerapi penyakit hasad tersebut. Salah satunya ada pada zikir yang kita ucapkan setelah shalat. "Ya Allah, tiada orang yang menghalangi terhadap apa yang telah Engkau berikan dan tiada orang yang memberi terhadap apa yang telah Engkau halangi dan kedudukan orang yang memiliki kedudukan itu tidak akan bisa menyelamatkan dari siksa-Mu)." (Mutafaqunalaih).
Jika kita memandang setiap peristiwa— menyenangkan atau tidak—sebagai ketetapan dan takdir dari Allah, maka penyakit hasad itu dapat diredam. Sebab, takdir Allah tidak tertolak dan selalu tersimpan di baliknya hikmah dan kebaikan.
Alhasil saat orang lain mendapatkan kenikmatan, sifat hasad tak akan menyala. Sebab, dua keyakinan di atas sudah lebih dulu membentenginya. Membiarkan hasad muncul akan menjadi sumber kegelisahan. Sebab, substansi dari sifat hasad itu adalah menolak takdir dan ketentuan Allah, padahal takdir Allah tidak bisa ditolak. Ibnul Qoyyim berkata, "Jadi, hasad itu hakikatnya menentang qadha' dan qadar Allah Azza wa Jalla." (al-Fawaid, hlm 157).
Itulah sebabnya Ubadah bin Shomit, salah seorang sahabat Rasulullah, berpesan kepada anaknya, "Wahai anakku, sungguh engkau tidak akan mendapatkan kelezatan hakikat iman hingga engkau meyakini bahwasanya apa yang telah ditakdirkan oleh Allah akan menimpamu tidak akan luput darimu, dan apa yang ditakdirkan tidak menimpamu tidak mungkin mengenai dirimu." (HR Abu Daud). Berbahagilah orang yang bisa mengatasi penyakit hasad, semoga kita termasuk di dalamnya. Amin.