REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Pemerintah Myanmar berencana mengunjungi kamp-kamp pengungsi minoritas muslim Rohingya di Bangladesh. Dalam kesempatan itu, mereka juga akan mengadakan dialog dengan beberapa pengungsi tersebut.
Kunjungan Myanmar ke kamp pengungsian Rohingya akan diwakiliki oleh Menteri Kesejahteraan Sosial Myanmar, Win Myat Aye. Konfirmasi kedatangan Aye ke Bangladesh untuk bertemu Rohingya sudah dilakukan pekan lalu.
"Banyak warga Myanmar di sini dan sudah menjadi kewajiban moral bagi mereka untuk melihat langsung kondisi warganya," kata Komisioner Rehabilitasi dan Pemulihan Pengungsi Bangladesh Mohammed Abul Kalam, Selasa (10/4).
Win Myat Aye merupakan menteri yang ditugasi pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi untuk memimpin restorasi kampung halaman etnis Rohingya di negara bagian Rakhine. Kedatangan langka Aye ke Dhaka diharapkan mempercepat proses repatriasi Rohingya ke tanah kelahiran mereka.
Menurut Kalam, kedatangan pemerintah Myanmar ke lokasi pengungsi Rohingya untuk menunjukkan para pemimpin dunia jika mereka serius terkait proses repatriasi. Pemerintah Bangladesh berharap masalah pemulangan itu dapat secepatnya terselesaikan mengingat beban besar yang ditanggung negara terkait para pengungsi.
Selama mengadakan kunjungan ke kamp-kamp pengungsian, Win Myat Aye akan ditemani oleh Kalam. Keduanya akan mengunjungi kamp pengungsi di Kutupaliong.
Lokasi tersebut menjadi salah satu kamp pengungsi Rohingya. Ironisnya, gubuk yang menjadi tempat tinggal para pengungsi di lokasi tersebut terbuat dari bambu dan lembaran plastik.
Kawasan itu dinilai sebagai salah satu lokasi rawan menyusul masuknya musim penghujan pada Juni nanti. Gubuk-gubuk yang berdiri di tempat itu dinilai tidak akan mampu menahan terjangan badai dan hujan lebat.
Tak hanya mengunjungi warga Rohingya, Aye juga akan menemui Menteri Luar Negeri Bangladesh Mohammed Shahriar Alam. Meski demikian, belum diktahui lebih rinci terkait bahasan dari pertemuan kedua pejabat negara tersebut.
Seorang pejabat Kementrian Luar Negeri Bangladesh mengaku berniat membawa Win Myat Aye ke kamp pengungsi di Cox Bazar. Dia mengatakan, kunjungan ke kamp pengungsi yang terletak di pesisir itu dilakukan guna memperlihatkan tantangan yang dihadapi Bangladesh untuk menampung gelombang pengungsi.
Lebih dari 700 ribu minoritas muslim Rohingya melarikan diri dari Myanmar ke Bangladesh. Mereka kabur untuk menghindar dari kekerasan militer yang dilakukan terhadap etnis tersebut.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menilai kekerasan yang dilakukan militer merupakan sebuah upaya pembersihan etnis. Hal itu didapati penyelidik PBB setelah mendengar kesaksian Rohingya tentang pola pembunuhan, penyiksaan, pemerkosaan, dan pembakaran yang konsisten dan metodis.
Belakangan, pejabat tinggi hak asasi manusia PBB meminta agar kasus kekejaman yang dilakukan terhadap Muslim Rohingya dibawa ke Mahkamah Kejahatan Internasional. Komisioner Tinggi PBB untuk HAM Zeid Ra'ad al-Hussein, juga mendesak pemerintah Myanmar untuk mengizinkan para pemantau memasuki negara bagian Rakhine di bagian utara negara itu.
Desakan itu dilayangkan agar dapat menyelidiki peristiwa, yang disebutnya sebagai "aksi genosida (pembersihan etnis)" terhadap minoritas Muslim. "Yang ingin kami katakan adalah, ada kecurigaan kuat bahwa, ya, aksi-aksi genosida kemungkinan telah terjadi. Tapi hanya pengadilan yang bisa memastikan ini," kata Zeid dalam acara jumpa pers di Jenewa.