REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Menteri Pertahanan Israel Avigdor Lieberman mengatakan, Yasser Murtaja, wartawan terkemuka Gaza yang tewas oleh tembakan Israel akhir pekan ini adalah seorang anggota militan Hamas. Tuduhan ini kemudian dibantah oleh kelompok Hamas dan keluarga Murtaja.
Berbicara kepada wartawan pada Selasa (10/4), Lieberman mengatakan Murtaja adalah seorang teroris yang telah menjadi penggawa Hamas sejak 2011. Menurutnya, Murtaja telah menggunakan pesawat tak berawak untuk menggali informasi intelijen dari pasukan Israel di sepanjang perbatasan.
"Ia adalah anggota militer Hamas yang memegang pangkat yang sejajar dengan kapten, yang aktif di Hamas selama bertahun-tahun. Sekali lagi kita melihat bagaimana Hamas menggunakan media, ambulans, dan pasien, termasuk pasien kanker yang dikirim ke rumah sakit di Israel untuk melaksanakan misi teroris," ujar Lieberman.
Namun Lieberman tidak memberikan bukti untuk mendukung tuduhannya itu. Militer Israel mengatakan pihaknya masih menyelidiki dan tidak dapat mengkonfirmasi klaim Lieberman.
Di Gaza, saudara laki-laki Murtaja, Mutasem, dengan marah menolak klaim Lieberman. "Dia menyebarkan kebohongan untuk keluar dari tuntutan. Yasser sedang merekam demonstrasi dengan kamera sederhana untuk menunjukkan bahwa mereka melakukan aksi dengan damai," jelas Mutasem.
Murtaja (30 tahun) meninggal karena luka tembak ketika sedang merekam aksi demonstrasi massa di dekat pagar perbatasan Israel pada Jumat (6/4). Murtaja tertembak saat tengah membawa kamera video dan mengenakan jaket antipeluru yang ditandai dengan kata "pers."
Murtaja adalah salah satu pendiri Ain Media, sebuah perusahaan produksi TV lokal yang telah banyak melakukan proyek untuk klien media asing seperti BBC dan Aljazirah English.
Departemen Luar Negeri AS mengatakan Ain Media telah menerima dana hibah sebesar 11.700 dolar AS dari pemerintah AS. Ain Media menjadi penerima manfaat program USAID bulan lalu di bawah program yang mendukung pengembangan sektor swasta.
Murtaja telah ditugasi bekerja untuk Norwegian Refugee Council (NRC) sebuah organisasi bantuan internasional. Kelompok ini merilis rekaman yang menunjukkan karya terakhirnya. Dia meninggal dua hari sebelum memulai pekerjaan barunya itu.
Rekaman video yang diambil Murtaja dalam aksi protes menunjukkan beberapa tembakan udara terhadap warga yang membakar ban di dekat pagar perbatasan. Pengunjuk rasa yang terluka dilarikan ke tenda-tenda medis. Sejumlah tembakan lainnya ditembakkan dari sebuah tank Israel dan oleh Pasukan Israel di kejauhan.
Sekjen NRC, Jan Egeland, menyebut kematian Murtaja sebagai tragedi yang memilukan. Ia menyerukan pertanggungjawaban atas penembakan seorang warga sipil yang tidak bersalah.
Pada Sabtu (7/4), pemakaman Murtaja diselenggarakan. Jasadnya dibungkus dengan bendera Palestina dengan jaket antipelurunya yang bertuliskan "pers" ditempatkan di atasnya saat ia dibawa melalui jalan-jalan Gaza.
Pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, menghadiri pemakaman itu sebagai tanda hormat. Namun tidak ada pria bersenjata yang terlihat dalam upacara kematian itu, seperti yang biasa terjadi ketika anggota kelompok militan Hamas dimakamkan.
Hamas menyerukan agar warga Palestina berkumpul di perbatasan sebagai bagian dari aksi protes selama berminggu-minggu terhadap blokade Israel dan Mesir yang sudah berlangsung selama satu dekade di wilayah itu. Israel dengan ketat menjaga pagar perbatasan dan telah memperingatkan tidak akan mentolerir upaya warga Palestina yang akan menerobosnya.
Sebanyak 26 orang pengunjuk rasa telah tewas dan ratusan lainnya terluka sejak protes dimulai pada 30 Maret. Israel mengklaim pihaknya hanya menembaki para penghasut yang mencoba melakukan serangan.
Hamas kemudian menyerukan agar protes terus berlanjut hingga 15 Mei, yaitu hari peringatan pendirian Israel. Warga Palestina memperingati perpindahan massal mereka selama perang 1948 atas penciptaan Israel. Hamas berharap protes itu dapat memberikan tekanan untuk mematahkan blokade perbatasan yang dilakukan Israel dan Mesir sejak 2007.