Rabu 11 Apr 2018 13:48 WIB

AS Beri Hibah Perusahaan Media Jurnalis Palestina

Jurnalis Palestina tewas ditembak pasukan Israel di jalur Gaza.

Rep: Crystal Liestia Purnama/ Red: Nur Aini
Sejumlah wartawan di Palestina menggelar aksi untuk memprotes penembakan jurnalis di Gaza, Yasser Murtaja oleh tentara Israel.
Foto: Wafa
Sejumlah wartawan di Palestina menggelar aksi untuk memprotes penembakan jurnalis di Gaza, Yasser Murtaja oleh tentara Israel.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) setuju untuk memberikan dana hibah kepada perusahaan media tempat kerja jurnalis Palestina yang terbunuh di jalur Gaza. Departemen Luar Negeri AS mengatakan jurnalis tersebut tertembak pasukan keamanan Israel saat meliput aksi protes di sepanjang perbatasan antara Israel dan Gaza.

Yaser Murtaja (30 tahun), adalah juru kamera untuk media Palestina Ain Media, sebuah perusahaan yang ia dirikan. Foto-foto yang beredar menunjukkan ia terbaring terluka di atas tandu dengan mengenakan rompi pelindung biru tua bertuliskan press dalam huruf besar. AS belum mengomentari penembakan tersebut.

Seorang pejabat AS, berbicara dengan syarat anonim, mengatakan Badan Pembangunan Internasional AS (USAID) telah menyetujui dana hibah sebesar 11.700 dolar AS untuk Ain Media bulan lalu di bawah program yang mendukung pengembangan sektor swasta. Pejabat itu mengatakan hibah itu untuk bantuan teknis dan peralatan, seperti komputer.

Juru bicara Departemen Luar Negeri Heather Nauert mengatakan Murtaja telah diperiksa sesuai pedoman pemerintah AS. "Kami menyadari laporan bahwa seorang wartawan yang beroperasi di Gaza tewas dalam bentrokan di Gaza. Saya tidak memiliki spesifik tentang kasusnya, tetapi kami sedang mencarinya," kata Nauert dalam konferensi pers reguler, dikutip Middle East Monitor.

Sementara itu, militer Israel mengatakan bahwa Pasukan Pertahanan Israel (IDF) tidak sengaja menargetkan wartawan. Pemerintah Israel mengatakan bahwa banyak dari mereka yang tewas dalam protes itu adalah gerilyawan.

Mereka juga menuduh Hamas, yang disebut sebagai organisasi teroris oleh Barat, menggunakan aksi protes itu sebagai tameng untuk meluncurkan serangan di sepanjang perbatasan. Kemudian Nauert ditanya apakah pedoman pemerintah AS akan memungkinkan seorang anggota Hamas untuk menerima pendanaan USAID. "Saya tidak tahu secara spesifik tentang kasus ini," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement