REPUBLIKA.CO.ID, JAYAPURA -- Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Asmat, Provinsi Papua terlambat menerima kelambu antimalaria. Akibatnya, kelambu antimalaria belum didistribusikan ke puskesmas, kemudian dilanjutkan ke kader lalu kader mendistribusikannya ke masyarakat
Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) AIDS, TB dan Malaria dr Beeri Wopari, di Jayapura, Rabu (11/4), menjelaskan sebenarnya kelambu untuk Asmat ini sudah datang dua bulan lalu. Hanya saja, persiapan Dinkes Asmat terutama persiapan gudang untuk penyimpanan terlambat.
"Sebenarnya barang sudah tiba, namun sebelumnya sempat tertahan di gudang di Merauke," katanya.
Gudang penyimpanan kelambu di Asmat jika sudah siap maka kelambu baru bisa dikirim karena tidak bisa ada barang kemudian tidak ada penyimpanan yang baik. Beeri menegaskan, hal ini yang merupakan salah satu kendala lambat pendistribusian kelambu di Asmat.
"Karena ini maka kami pertimbangkan dari Kota Asmat ke kampung-kampung itu tentu menggunakan angkutan lewat jalur sungai, untuk itu pasti akan menjadi satu pertimbangan teman-teman di Dinkes Asmat dalam distribusinya," katanya pula.
Asmat terlambat, bukan berarti kelambu tidak ada, tetapi mereka terlambat berproses untuk distribusi kelambu ke masyarakat. Menurut dia, pemantauan kelambu di Asmat akan menyusul untuk memastikan pendistribusiannya sudah sampai ke masyarakat, kemudian masyarakat sudah memakai atau belum.
"Tim akan turun untuk melakukan pemantauan pemakaian kelambu, setelah kelambu sudah didistribusikan ke masyarakat," ujarnya.
Dia menambahkan, hingga kini Dinkes Papua masih menunggu Dinkes Asmat mendistribusikan kelambu ke puskesmas kemudian dilanjutkan lagi ke kader dan kader mendistribusikan ke masyarakat. "Rantai ini yang belum disiapkan baik oleh Dinkes Asmat, sehingga kelambu itu belum sampai di masyarakat," katanya pula