Rabu 11 Apr 2018 15:55 WIB

RS Syariah tidak Hanya untuk Muslim

Dokter non-Muslim hanya mengingatkan pasien untuk berdoa.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Ani Nursalikah
Ketua Umum Majelis Upaya Kesehatan Islam seluruh Indonesia (MUKISI) Masyhudi (kiri) melakukan penandatanganaan bersama Direktur Wholesale Banking Mandiri Syariah Kusman Yandi (tengah) disaksikan Dirut Mandiri Syariah Toni EB Subari saat penandatanganan MoU penggunaan produk layanan syariah di sektor kesehatan disela acara pembukaan 1st Internasional Islamic Healthcare Conferance & Expo (IHEX) di Jakarta Convention Center, Selasa (10/4).
Foto: Republika/Prayogi
Ketua Umum Majelis Upaya Kesehatan Islam seluruh Indonesia (MUKISI) Masyhudi (kiri) melakukan penandatanganaan bersama Direktur Wholesale Banking Mandiri Syariah Kusman Yandi (tengah) disaksikan Dirut Mandiri Syariah Toni EB Subari saat penandatanganan MoU penggunaan produk layanan syariah di sektor kesehatan disela acara pembukaan 1st Internasional Islamic Healthcare Conferance & Expo (IHEX) di Jakarta Convention Center, Selasa (10/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Majelis Upaya Kesehatan Islam Seluruh Indonesia (MUKISI) menyampaikan di Indonesia sudah ada 10 Rumah Sakit (RS) syariah pertama di dunia. Cara kerja RS syariah mengutamakan unsur-unsur syariah, tapi masyarakat jangan salah menilai tentang RS syariah.

Ketua Divisi Sertifikasi RS Syariah dari MUKISI, Sagiran mengatakan, publik mungkin mengira RS syariah harus pakai kopiah dan kerudung, pasiennya Muslim semua, jadi tidak ada pasien non-Muslim. Dugaan-dugaan semacam itu tidak benar.

RS Syariah memang mengutamakan unsur-unsur syariah saat pasien datang, melayani pasien sampai pasien pulang. Pasiennya bisa siapa saja dan dari mana saja.

"Peserta seminar tadi ada yang mengatakan, ada dokter yang non-Muslim, saya jawab tidak masalah," kata Sagiran kepada Republika.co.id di Jakarta Convention Center (JCC), Rabu (11/4).