REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Majelis Upaya Kesehatan Islam Seluruh Indonesia (MUKISI) menyampaikan di Indonesia sudah ada 10 Rumah Sakit (RS) syariah pertama di dunia. Cara kerja RS syariah mengutamakan unsur-unsur syariah, tapi masyarakat jangan salah menilai tentang RS syariah.
Ketua Divisi Sertifikasi RS Syariah dari MUKISI, Sagiran mengatakan, publik mungkin mengira RS syariah harus pakai kopiah dan kerudung, pasiennya Muslim semua, jadi tidak ada pasien non-Muslim. Dugaan-dugaan semacam itu tidak benar.
RS Syariah memang mengutamakan unsur-unsur syariah saat pasien datang, melayani pasien sampai pasien pulang. Pasiennya bisa siapa saja dan dari mana saja.
"Peserta seminar tadi ada yang mengatakan, ada dokter yang non-Muslim, saya jawab tidak masalah," kata Sagiran kepada Republika.co.id di Jakarta Convention Center (JCC), Rabu (11/4).
Ia menerangkan, dokter non-Muslim hanya mengingatkan pasien untuk berdoa. Ada juga peserta seminar yang mengatakan pasien banyak non-Muslim. Itu pun tidak masalah, silakan pasien non-Muslim berdoa dan beribadah sesuai keyakinan pasien masing-masing.
Terkait RS syariah yang mengutamakan unsur-unsur syariah, maksudnya semuanya halal. Contohnya, pelayanan makanan dan obat semuanya halal, bahkan yang ragu-ragu kehalalannya saja tidak boleh. Di RS syariah kebersihannya juga terjaga, air untuk wudhu tersedia, serta terjaga dari najis sebab bersih belum tentu suci.
Ia menyampaikan pasien yang dirawat di RS syariah diupayakan tetap menjalankan ibadah, sebab kebanyakan dokter hanya memberikan berbagai macam obat. Tapi dokter tidak bertanya kepada pasien, apakah pasien sudah shalat atau belum.
"Dokter bisa marah-marah kalau obatnya salah, obatnya keliru, tapi dokter gak pernah marah kalau dia (pasien) lupa shalat," ujarnya.
Ia menjelaskan, artinya di RS syariah pasien diingatkan sebagai Muslim harus yakin yang menyembuhkan sakit adalah Allah. Obat-obatan hanya sebagai perantara dan usaha yang dilakukan manusia.