Rabu 11 Apr 2018 17:42 WIB

'Prabowo Deklarasi Presiden Bisa Kurangi Polemik Politik'

Dengan deklarasi Prabowo, kini suasana dianggap lebih positif

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Bilal Ramadhan
Pengamat politik dari Universitas Indonesia Arbi Sanit .
Foto: Republika/Agung Fatma Putra
Pengamat politik dari Universitas Indonesia Arbi Sanit .

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dari Universitas Indonesia, Arbi Sanit menilai resminya Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto sebagai capres adalah hal yang baik bagi demokrasi Indonesia. Menurut dia, kini polemik di lingkungan politik akan berkurang.

"Kita tidak terganggu oleh polemik terus menerus. Jadi dengan sekarang kan polemik tidak ada, adanya persaingan. Jadi tidak saling menyalahkan lagi tapi saling berusaha untuk menang. Arahnya kan ke sana," kata Arbi saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (11/3).

Menurut dia, kini suasana akan menjadi lebih positif karena sudah ada kepastian siapa yang saling bersaing. Ia mengatakan, kini demokrasi kembali berjalan dengan normal karena tidak ada lagi istilah kotak kosong.

"Bisa jadi lebih positif untuk Indonesia karena sudah ada kepastian lawan. Jadi cerita kotak kosong sudah dicoret, demokrasi kembali normal. Karena ada kompetisi yang jelas," ujar dia.

Sebelumnya, Partai Gerindra menggelar rapat koordinasi nasional (rakornas) pada Rabu (11/4). Rakornas tersebut sekaligus mencalonkan secara resmi Prabowo sebagai calon presiden dari koalisi Gerindra.

Rapat yang tertutup oleh media itu juga dihadiri oleh Ketua Dewan Kehormatan PAN Amien Rais, Ketua Umum PAN Zulkiflu Hasan, Presiden PKS Sohibul Iman serta Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno.

Terkait kehadiran PAN dalam rakornas Gerindra, Arbi menduga partai tersebut akan saling berkoalisi. Ia pun mengatakan, apabila benar PAN berkoalisi dengan Gerindra maka isu poros ketiga tidak akan ada lagi.

"Kalau PAN ikut ke sana ya enggak ada poros tiga. Suaranya Demokrat dan PKB enggak cukup," tambah dia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement