REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejak kematian penguasa komunis Yugoslavia, Josip Broz Tito, pada 1980, pengaruh komunisme di ranah politik mulai tergugat. Dampaknya pun cukup positif bagi komunitas Muslim Kroasia. Satu tahun kemu dian, muncul rencana pembangunan Masjid Raya Zagreb sebagai revitalisasi masjid yang sama dari tahun 1944.
Tidak menunggu waktu lama, pada 1981, berlangsung peletakan batu pertama Masjid Raya Zagreb di lahan seluas 10 ribu meter per segi. Kali ini, lokasi yang terpilih adalah Trstik, tidak jauh dari lokasi masjid ini tempo lalu.
Dukungan dana dan morel pembangunan Masjid Raya Zagreb antara lain datang dari Uni Emirat Arab. Pada 1983, Sultan bin Muhammad al-Qasimi, seorang amir UEA, mengunjungi proyek masjid ini. Dia kemudian menyumbang sebesar 2,5 juta dolar AS kepada komunitas Muslim setempat. Akhirnya, pada 1987, pemugaran pusat peribadat an Muslim ini selesai, sebagaimana diberitakan Islamska-Zajednica. hr.
Agaknya, kaum Muslim di sana menyadari proyek Masjid Raya Zagreb bukan sekadar membangkitkan lagi aktivitas keagamaan yang sempat suram semasa komunisme berjaya. Masjid ini juga sebagai pembuktian bahwa orang Islam di Kroasia atau Yugoslavia pada umumnya telah berkembang maju.
Untuk itu, dipilihlah para pakar terbaik yang juga memeluk Islam sebagai agamanya. Arsitek masjid ini adalah Dzemal eli, seorang profesor di Universitas Sarajevo kala itu. Dia didampingi Mirza Golos, seorang arsitek yang karya-karyanya cenderung mengusung gaya modernis.
Sementara itu, perkara dekorasi masjid ini dipercayakan pada Esref Kovaevi, seorang pelukis kaligrafi terbaik di seantero Bosnia waktu itu. Dalam uni Yugoslavia, Kroasia dan Bosnia merupakan wilayah dengan penduduk Muslim yang signifikan dan dekat satu sama lain.