REPUBLIKA.CO.ID, ALJIR -- Presiden Aljazair Abdelaziz Bouteflika telah menetapkan tiga hari masa berkabung nasional, pada Rabu (11/4). Keputusan ini disampaikan setelah 257 orang tewas dalam sebuah kecelakaan pesawat mematikan.
"Menyusul jatuhnya pesawat Ilyushin hari ini yang menewaskan 257 orang, Presiden Abdelaziz Bouteflika menyatakan tiga hari masa berkabung nasional mulai hari ini," kata kantor berita Algerie Presse Service dalam sebuah laporan.
Semua penumpang dikonfirmasi tewas setelah pesawat angkut militer itu jatuh tak lama setelah lepas landas dari pangkalan udara Boufarik, 30 km di selatan ibu kota Aljir. Mayoritas korban adalah anggota pasukan angkatan bersenjata yang ditemani oleh keluarga mereka.
Kementerian Pertahanan Aljazair menyatakan belasungkawa kepada keluarga korban, dan seluruh pejabat pemerintah melakukan aksi mengheningkan cipta selama satu menit pada Rabu (11/4). Penyebab kecelakaan masih belum diketahui dan penyelidikan telah mulai dilakukan.
"Dalam cobaan yang menyakitkan ini, para anggota pemerintah menyatakan belasungkawa terdalam kepada keluarga para korban," kata sebuah pernyataan yang dikeluarkan kabinet pemerintahan, seperti dilaporkan laman Aljazirah.
Ennahar TV, mengutip sekretaris jenderal Partai National Liberation Front yang berkuasa dipemerintahan, melaporkan 26 orang di dalamnya berasal dari Sahara Barat. Namun stasiun TV itu tidak menyebutkan apakah mereka merupakan anggota Front Polisario, gerakan separatis di Sahara Barat, sebuah wilayah yang juga diklaim oleh Maroko.
Algerie24, sebuah situs berita lokal, mengatakan pesawat itu sedang menuju ke Kota Bechar di Aljazair barat. Gambar yang diposting di sebuah situs Aljazair menunjukkan asap tebal mengepul dari lokasi kecelakaan dan beberapa orang bergegas untuk membantu.
Kecelakaan pesawat di Boufarik ini menjadi insiden terburuk di Aljazair sejak 2003. Pada tahun itu sebuah pesawat jet milik Air Algerie jatuh tak lama setelah lepas landas dari Tamanrasset dan menewaskan 102 orang.
Pada 2014, lebih dari 70 personil militer yang sedang tidak bertugas dan anggota keluarga mereka tewas ketika pesawat C-130 menabrak gunung Djebel Fertas sesaat sebelum mendarat di Kota Constantine. Pada Desember 2012, dua jet militer yang sedang melakukan operasi latihan rutin, bertabrakan di udara dekat Tlemcen, di barat laut Aljazair, dan menewaskan pilot kedua pesawat.
Sebulan sebelum kecelakaan terakhir di Boufarik, sebuah pesawat angkut militer CASE C-295 twin-turboprop, yang membawa muatan kertas untuk pencetakan uang kertas di Aljazair, jatuh di Prancis selatan. Pesawat itu membawa lima tentara dan seorang wakil dari bank sentral Aljazair, yang seluruhnya tidak ada yang selamat.