REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK UTARA -- Balai Bio Industri Laut, Pusat Penelitian Oseanografi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, mengkhawatirkan aktivitas pariwisata di perairan Gili Matra, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, yang terus menggeliat akan berdampak terhadap penelitian biota laut.
"Minyak dari mesin kapal, buangan limbah air dari hotel dan limbah usaha pencucian baju dibuang ke laut. Belum lagi aliran air hujan dari pegunungan langsung ke laut. Itu ancaman bagi kami di penelitian budi daya," kata Kepala Balai Bio Industri Laut Hendra Munandar, di Lombok Utara, Kamis (12/4).
Kekhawatiran tersebut diungkapkan kepada sejumlah wartawan media nasional dan lokal serta lembaga swadaya masyarakat peduli lingkungan yang menjadi peserta media tour eksplorasi hasil penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Hendra mengatakan, perairan Teluk Nare dimanfaatkan untuk penelitian memproduksi benih dan pembesaran mutiara laut. Selain itu, air lautnya juga dimanfaatkan untuk penelitian benih teripang, abalon, lobster dan turbo di dalam laboratorium.
Semakin meningkatnya aktivitas pengangkutan wisatawan dari dermaga Teluk Nare menuju Gili Meno, Gili Air, dan Gili Trawangan (Gili Matra) dan sebaliknya, tentu berpengaruh terhadap kualitas perairan laut.
Berbagai jenis usaha yang berkaitan dengan pariwisata juga sudah berkembang di sekitar pesisir Teluk Nare, salah satunya usaha cuci pakaian.
"Limbah usaha cuci pakaian yang dibuang ke laut apakah sudah melalui kajian lingkungan. Begitu juga dampak aktivitas perahu cepat terhadap kualitas perairan laut," ujarnya.
Hendra mengaku belum melakukan kajian terhadap kualitas perairan laut Teluk Nare. Namun sejauh ini masih relatif aman karena belum ada gangguan terhadap perkembangan biota laut yang diteliti. "Tapi potensi ancaman terhadap degradasi lingkungan perairan laut tetap ada. Ini yang harus diwaspadai," ucapnya.
BBIL, kata dia, tidak memiliki kewenangan untuk menyampaikan teguran kepada para pemilik perahu cepat. Begitu juga kepada pelaku usaha lainnya yang memanfaatkan laut sebagai tempat pembuangan limbah air. Pasalnya, mereka sudah mengantongi perizinan dari pemerintah daerah.
Pihaknya berharap agar pemerintah daerah dan pusat yang memiliki kewenangan di Gili Matra, untuk memikirkan upaya menjaga kualitas perairan laut agar flora dan fauna di sekitar kawasan wisata dunia itu tetap lestari.