Jumat 13 Apr 2018 01:11 WIB

Cerita Perjuangan Hanum Rais 11 Tahun Dapatkan Buah Hati

Hanum dan suaminya harus menunggu selama 11 tahun untuk mendapatkan keturunan.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Karta Raharja Ucu
Penulis, Hanum Salsabiela Rais, didampingi suami, Rangga Almahendra.
Foto: Republika/Wahyu Suryana
Penulis, Hanum Salsabiela Rais, didampingi suami, Rangga Almahendra.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Penulis 99 Cahaya di Langit Eropa dan Bulan Terbelah di Langit Amerika, Hanum Salsabiela Rais, baru saja meluncurkan buku terbarunya, I Am Sarahza. Kali ini, buku itu berisikan perjuangannya selama belasan tahun untuk mendapatkan buah hati.

Walau bersuka cita atas karya terbarunya, suasana haru memang memenuhi peluncuran buku I Am Sarahza karya Hanum Salsabiela Rais. Bagaimana tidak, buku terbarunya menceritakan perjuangan Hanum bertahun-tahun lamanya untuk mendapatkan buah hati.

Tetesan air mata berkali-kali harus dihapus dari wajah Hanum, yang tetap tidak bisa menahan tangis ketika menceritakan isi bukunya tersebut. Namun, didampingi suaminya, Rangga Almahendra, Hanum tampak berusaha tangguh membagikan kisahnya.

"Apalagi, bayi tabung itu seperti sebuah program yang benar-benar sudah lillahi taala," kata Hanum saat peluncuran I Am Sarahza di Boerdjo Rakyat, Sleman DIY, Kamis (12/4).

Belum lagi, program bayi tabung merupakan program yang bukan murah karena memang membutuhkan alat-alat kedokteran yang canggih. Artinya, program tersebut memang harus dilakukan secara ikhlas, walau tidak bisa dipastikan hasilnya.

"Ya sudah, ikhlaskan, dan itu saya alami sampai enam kali, belum dengan inseminasi yang mungkin secara bujet lumayan, dan itu saya alami empat kali," ujar Hanum.

photo
Penulis, Hanum Salsabiela Rais, didampingi suami, Rangga Almahendra.

Karena itu, ia mengatakan, seorang manusia selain harus melakukan berbagai usaha, memang harus melengkapi diri dengan keikhlasan. Menanti buah hati lebih dari 11 tahun, Hanum mulai benar-benar mencoba berbagai upaya itu selama sembilan tahun lamanya.

Terakhir, ada satu terminal yang membuatnya merasa setiap perjuangan pasti ada pengorbanan dan setiap pengorbanan pasti ada kesabaran. Saat itulah, Hanum secara utuh menyerahkan diri kepada Allah SWT.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement