Jumat 13 Apr 2018 06:13 WIB

Pencalonan Prabowo Diibaratkan Kisah David Versus Goliath

Sandiaga melihat Prabowo seperti dipandang lemah, terutama oleh kaum elite.

Rep: Sri Handayani/ Red: Indira Rezkisari
Sandiaga Uno
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Sandiaga Uno

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua tim pemenangan pemilihan presiden (pilpres) 2019 dari Partai Gerindra, Sandiaga Salahuddin Uno, mengibaratkan persaingan politik yang dijalani Partai Gerindra pada pilpres nanti seperti kisah David versus Goliath. Meski dipandang lemah, ia yakin partai yang menaunginya akan memenangkan kontestasi.

"Kami di Partai Gerindra melihat ini David vs Goliath ya karena Pak Prabowo sepertinya dianggap lemah oleh sebagian kalangan, khususnya kalangan elite," kata Sandiaga di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Kamis (12/4) malam.

Menurut Sandiaga, para kader Partai Gerindra tak perlu berkecil hati. Kisah yang sama pernah ia alami pada saat Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI. Saat itu, pasangan Anies-Sandi dianggap kecil dan tak memiliki sumber daya.

"Kita dianggap sebelah mata, dipandang sebelah mata, tapi kita bisa menangkap aspirasi rakyat karena yang akan menentukan pemilihan presiden ke depan itu adalah rakyat," ujar pria yang saat ini menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta.

Sandiaga yakin, pada saatnya masyarakat akan melihat bahwa mayoritas dari mereka menginginkan pembangunan yang lebih baik pada masa mendatang. Ia yakin Partai Gerindra akan dapat menjalankan apa yang dicita-citakan oleh para pendiri bangsa.

Dalam Islam, kisah David vs Goliath juga dikenal sebagai kisah Jalut dan Talut. Kisah ini terjadi saat bani Israil dilanda kegalauan dan keterpurukan setelah Nabi Musa AS meninggal dunia. Saat itu terjadi kekosongan kepemimpinan sehingga rakyat terlunta-lunta. Mereka dijajah oleh seorang berperawakan raksasa dari Dinasti Bukhtanashar bernama Jalut (Goliath).

Di tengah penindasan, bani Israil mengharapkan Allah mengutus seorang nabi yang akan menyelamatkan mereka. Allah pun mengutus Shammil untuk mengemban risalah para nabi. Shammil berdoa meminta Allah mengutus seorang raja yang akan memimpin bani Israil. Allah kemudian mengutus Talut.

Saat Shammil mengumumkan Talut akan menjadi pemimpin bani Israil, serta-merta bangsa Yahudi menolak. Talut dianggap hanya seorang pengembala miskin, bukan keturunan para nabi. Padahal, berdasarkan silsilah, Talut diyakini masih keturunan Yakub.

Kendati dalam ketidakyakinan, Talut mengumpulkan kekuatan bani Israil untuk melawan kelompok penindas pimpinan Jalut. Ia memilih 80 ribu pemuda sebagai prajurit. Di tengah perjalanan, pasukan itu tinggal 300 orang. Dengan jumlah yang minim, mereka maju berperang melawan pasukan Jalut yang bertubuh besar dan perkasa.

Di bawah komando Talut, pasukan tersebut pun berdoa agar diberikan kesabaran dan kemenangan. "Ya Tuhan kami, berikanlah kesabaran atas diri kami dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir," panjat mereka sebelum terjun ke kancah pertempuran.

Mereka mendapatkan kemenangan. Bukan Talut yang berhasil membunuh Jalut, melainkan Daud. Daud muda membunuh Jalut dengan ketapel yang selalu dia bawa sebagai senjata. Tiga buah batu meluncur ke kepala Jalut hingga menewaskannya.

Serangkaian kisah Shammil, Talut, Jalut (Goliath), dan Daud (Davidh) tersebut dikabarkan dalam Alquran surah al-Baqarah ayat 246-251.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement