Jumat 13 Apr 2018 09:01 WIB

Ini Racun yang Digunakan di Kasus Salisbury

Racun tersebut dikembangkan Uni Soviet di era 1970-1980an.

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Esthi Maharani
Lokasi penyerangan terhadap Sergei Skripal.
Foto: Jonathan Brady/PA via AP
Lokasi penyerangan terhadap Sergei Skripal.

REPUBLIKA.CO.ID,  THE HAGUE -- Tes yang dilakukan empat laboratorium afiliasi pengawas senjata kimia mengonfirmasi temuan Inggris atas racun yang digunakan terhadap seorang mantan intelijen Rusia di Salisbury, Inggris.

Perdana Menteri Inggris Theresa May mengatakan Sergei Skripal dan putrinya, Yulia Skripal, diracun menggunakan racun Novichok yang dikembangkan Uni Soviet di era 1970-1980an. Organisasi Prohibisi Senjata Nuklir (OPCW) yang mengumpulkan sampel dari lokasi di Salisbury, Inggris atas permintaan otoritas Inggris.

''Hasil analisis OPCW mengonfirmasi temuan otoritas Inggris atas racun kimia yang digunakan dalam kasus Salisbury,'' ungkap OPCW dalam ringkasan laporan mereka seperti dikutip Reuters, Kamis (12/4).

Hasil tes ini akan dibahas di forum internal OPCW pekan depan. Laporan hasil tes itu juga menunjukkan racun yang digunakan adalah racun dengan tingkat kemurnian cukup tinggi. Belum diketahui bagaimana respons jajaran eksekutif OPCW atas hasil tersebut.

Selain Skripal dan Yulia, seorang polisi juga ikut teracun setelah menolong Skripal. Kejadian yang menimpa ayah dan anak asal Rusia itu jadi titik kritis memburuknya hubungan Barat dengan Rusia pasca Perang Dingin. Apalagi, kedua kubu saling usir diplomat.

Menurut Menteri Luar Negeri Inggris, Boris Johnson, hasil uji laboratorium OPCW ini mengonfirmasi pemakaian racun yang biasa digunakan militer, Novichok. ''Tidak diragukan lagi soal apa yang digunakan dan tak ada penjelasan lain soal siapa yang bertanggung jawab karena hanya Rusia yang punya benda, motif, dan rekam jejak melakukan itu,'' kata Johnson.

Kepala Intelijen Pusat Inggris menyatakan peracunan Skripal yang pernah berstatus ganda sebagai agen Rusia dan Inggris itu dinilai menunjukkan betapa rapuhnya Rusia. Rusia sendiri membantah terlibat dalam kasus Salisbury. Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan tak ada gunanya Rusia meracun Skripal dan anaknya.

Yulia Skripal sendiri sudah keluar dari rumah sakit pada Senin (9/4) lalu dan mengaku masih merasakan efek racun tersebut. Sementara ayahnya masih dalam perawatan serius di rumah sakit.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement